Kunjungan wisatawan mancanegara dan domestik selama libur panjang Idul Adha berhasil menggenjot tingkat hunian (okupansi) hotel di Bali mencapai 80 persen.
"Iya, betul (meningkat) terkait tingkat hunian hotel saat ini sangat bagus ekali mencapai sampai 80 persen untuk regional okupansi di Bali," ungkap Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali I Gusti Ngurah Rai Suryawijaya kepada detikBali, Kamis (29/6/2023).
Bahkan, tak sedikit hotel di Bali yang sudah full booked (penuh). Hal itu, kata Rai, dikarenakan kunjungan wisatawan mancanegara meningkat mencapai 16 ribu melalui 37 penerbangan langsung (direct flight) ke Bali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Juga ditambah dengan domestik, saat ini juga hampir sama antara 15 ribu-17 ribu juga domestik karena ada liburan panjang Idul Adha. Itu yang terjadi sangat luar biasa," kata Rai.
Ia membeberkan negara-negara mana saja yang menduduki peringkat tertinggi kunjungan ke Bali saat ini. Yakni, Australia, yang menjadi negara paling banyak wisatawan yang datang ke Pulau Dewata.
"Masih Australia dan Eropa dan juga dari Asian Country Singapura, Malaysia dan termasuk China, India, Jepang, Korea Selatan," imbuh Rai.
Kemudian, wisatawan domestik juga didominasi oleh Jakarta karena extra flight. "Dan juga dari Surabaya, Yogyakarta, dan Bandung, dan beberapa juga dadi Makassar ya, Ujung Pandang, dan Medan termasuk," jelasnya.
Lebih lanjut Rai mengungkapkan hal ini juga efek dari pemerintah yang telah mengubah status pandemi menjadi endemi. Wisatawan menjadi lebih antusias untuk berlibur dan momentumnya pas saat liburan panjang Idul Adha.
"Endemi yang sudah dinyatakan oleh WHO dan Presiden Jokowi menyambut baik, karena kasus ini sudah sangat mereda, sehingga setelah 2,5 tahun mereka nggak travelling mereka sekarang kan ingin sekali travelling. Jadi, mereka banyak yang antusias untuk melakukan perjalanan ke negara-negara lain," tutur Ketua PHRI Badung itu.
"Kami akan menjelang high season (musim libur) untuk Juli-Agustus sebentar lagi," tambahnya.
Selain itu, Rai menuturkan jika tak sedikit wisatawan mancanegara maupun domestik yang masih menginap di villa-villa ilegal. Lantaran, harganya cukup terjangkau.
"Vila ilegal biasanya yang tinggal adalah middle low, mulai menengah ke bawah. (Mereka) ke sana karena relatif lebih murah harganya. Kedua, mereka bisa stay lebih panjang, itu yang terjadi dan kami akan terus awasi," ungkapnya.
Selain murah, alasan lainnya, wisatawan mancanegara dan domestik banyak yang tujuan ke Bali bukan hanya liburan, namun, untuk berbisnis. Terutama wisatawan mancanegara.
"Di sinilah pemerintah sedang mengawasi untuk vila-vila itu dilakukan penertiban, dan sudah mulai ada penertiban," tandasnya.
(BIR/hsa)