Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Inilah yang ditunjukkan seniman lukis asal Desa Guwang, Kecamatan Sukawati, Gianyar, Bali, Ketut Suantara. Pria asli Desa Guwang ini memiliki kemampuan melukis sejak belia.
Kemampuan itu terbukti bisa memberikan sesuatu bernilai tinggi bagi dirinya. Berbekal kemampuan melukis itu, ia berani bereksplorasi untuk membuat lukisan wajah di atas batu marmer. Suantara menyebutnya Lukisan Totolan Wajah.
Mengapa disebut "totolan"? Ketut Suantara menjelaskan, alat yang dipakai untuk memahat marmer terbuat dari besi yang diruncingkan. Alatnya sepintas mirip seperti pahat besi. Namun ujungnya dibuat runcing, mirip seperti pulpen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pahat yang sudah dimodifikasi sepanjang 20 cm itu dipakai untuk "menotol" atau melukai sedikit permukaan marmer. Proses itu ia sebut totolan. "Saya sebut totol-totol saja," ungkap dia, baru-baru ini.
Suantara memulai aktivitas ini sejak 2016 lalu. Saat itu usaha lukis tatto temporary miliknya di Pasar Seni Guwang sepi pengunjung. Berbekal kemampuan melukis dan terbilang berpengalaman menjadi seniman tatto, Ketut Suantara mencoba beralih memahat marmer.
Awalnya ia hanya menerima pesanan jasa grafir atau ukir pada marmer. Lama-kelamaan, dia berpikir untuk merambah pasar. "Saya buat pemancing supaya ada orang yang datang. Saya coba bikin totolan wajah. Saya bisa terima foto lalu saya pahat di marmer," jelas Suantara.
Apa yang dia lakukan berhasil. Tak lama setelah membuka usaha itu, ia menerima pesanan. Grafir nama dan lukis wajah pada marmer awal-awal masuk pasar di Nusa Tenggara Barat (NTB). Kemudian beberapa dari turis Asia mulai meminati karyanya.
Pekerjaan ini tentu berisiko tinggi. Sebab si seniman harus punya kemampuan yang mumpuni untuk bisa mengaplikasikan wajah seseorang pada marmer. Suantara tertantang untuk bisa membuat lukisan itu mirip dengan wajah asli si pemesan atau foto.
Pekerjaan itu juga perlu kesabaran ekstra dan ketelitian tinggi. Sebab jika ada yang salah pada saat prosesnya, tentu itu tidak bisa dihapus. Suantara harus siap menanggung rugi. Harga bahan baku saja paling tinggi mencapai Rp 12 juta.
Tidak hanya menerima pahat marmer bergambar wajah, pria 40 tahun ini juga menerima pesanan lukisan alam, cerita pewayangan, dan lain sebagainya. Ukurannya bervariatif. Paling banyak berukuran 60 x 40 cm. Butuh waktu maksimal dua bulan menyelesaikan pesanan.
Suantara enggan membocorkan berapa jasa lukis wajah pada marmer tersebut. Pemesan bisa datang ke wilayah Banjar Sakih, Desa Guwang, Kecamatan Sukawati, Gianyar, Bali, jika ingin bertemu Suantara.
"Kalau biaya jasa itu relatif. Saya tidak bisa menghitungnya. Nanti tergantung kesulitan saya pas (saat) bekerja. Kalau marmer saja, ya bisa Rp 12 juta," tegasnya.
(kws/kws)