Ingin Pungutan Turis Asing untuk Urus Sampah, Jaya Negara: Rp 300 M Beres

Ingin Pungutan Turis Asing untuk Urus Sampah, Jaya Negara: Rp 300 M Beres

Ni Made Lastri Karsiani Putri - detikBali
Minggu, 11 Agu 2024 07:51 WIB
Wali Kota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara saat menunjukkan proses penggunaan teba modern di Banjar Bun, Denpasar, Bali pada Sabtu (10/8/2024)
Foto: Wali Kota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara saat menunjukkan proses penggunaan teba modern di Banjar Bun, Denpasar, Bali, Sabtu (10/8/2024). (Ni Made Lastri Karsiani Putri/detikBali)
Denpasar -

Wali Kota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara menginginkan dana pungutan turis asing US$ 10 digunakan untuk mengatasi persoalan sampah di Bali, termasuk Denpasar. Menurutnya, jika 30 persen saja dana itu dialokasikan untuk penanganan sampah, maka masalah sampah di Bali dipastikan selesai.

"Bayangkan kalau kita memiliki per tahunnya ada 6 juta (kunjungan turis asing) itu Rp 150 ribu, kan (perolehan) hampir Rp 900 miliar. Kalau itu pakai 30 persennya (atau) Rp 300 miliar, seharusnya selesai (persoalan menangani) sampah di Bali," ujar Jaya Negara di sela-sela peluncuran teba modern di Banjar Bun, Denpasar, Sabtu (10/8/2024).

Jaya Negara mengungkapkan usulan tersebut sudah pernah disampaikan kepada Penjabat (Pj) Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya beberapa waktu lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat ini, Jaya Negara melanjutkan, Pemkot Denpasar berupaya mengatasi masalah sampah dari hulu atau di lingkup terkecil. Salah satunya dengan mendukung pembuatan teba modern yang digagas Komunitas Malu Dong. Teba modern merupakan konsep penanganan sampah organik di perumahan atau hulu.

ADVERTISEMENT

Saat ini, ada 100 teba modern yang disebar di seluruh Denpasar. Pemkot Denpasar bakal menganggarkan dana untuk membangun 200 teba modern lainnya. Menurut Jaya Negara, teba modern dapat dibuat di sekolah-sekolah, lingkungan masyarakat, hingga pura di Denpasar.

"Kami berharap juga gerakan ini nanti digetoktularkan kepada seluruh stakeholder yang ada di Kota Denpasar. Misalnya, kantor-kantor pemerintahan dari lintas vertikal," ujar Jaya Negara di Banjar Bun, Denpasar, Bali pada Sabtu (10/8/2024).

Setiap hari, Denpasar menghasilkan sampah sekitar 800 sampai 900 ton. Jaya Negara mengeklaim hadirnya teba modern dapat berkontribusi dalam penanganan sampah organik di tingkat hulu.

"270 ton sampah kami bisa selesaikan di hulu. Baik, itu (melalui) hampir 300 lebih bank sampah dan ada beliau (Komunitas Malu Dong) juga yang mengedukasi (warga) melalui teba modern dan insinerator. Lalu, ada juga 23 TPS3R," beber politikus PDI Perjuangan itu.

Selain itu, ada juga kelompok-kelompok yang bergerak dalam pembuatan eco enzym dan mengambil bahan utamanya di pasar-pasar Denpasar. Sehingga kian memaksimalkan pengolahan sampah di hulu.

Founder Malu Dong Komang Sudiarta mengatakan dari target pembuatan 100 teba modern saat ini baru 33 titik di Denpasar yang terealisasi. Dia menargetkan teba lainnya dapat segera terwujud.

"(Pembangunan) 30-an teba modern itu sudah menyebar. Ini saja (di Banjar Bun) sudah ada tiga titik (teba modern yang dibangun). Ada di rumah penduduk, pura desa, dan banjar," terangnya.

Sudiarta menuturkan warga yang ingin mengajukan pembuatan teba modern harus mengikuti persyaratan cukup ketat. Salah satunya, mereka harus terbiasa memilah sampah.

"Ini karena fungsi teba modern adalah untuk menampung dan mengolah) sampah-sampah yang sudah terpilah. Kalau belum terpilah, jangan menuju ke sini (pemanfaatan teba modern) dan tidak akan berarti tempat itu," ujarnya.

Sementara itu, inisiator teba modern Wayan Balik Mustiana menerangkan untuk satu titik minimal dihadirkan dua hingga tiga teba modern. Satu teba modern bisa menampung sampah dalam jangka 10 bulan hingga satu tahun.

Mustiana menjelaskan jika satu teba telah penuh, maka pembuangan sampah dapat dilakukan di teba lainnya. Kondisi sampah di teba yang telah penuh itu pun sifatnya telah terurai menjadi pupuk kompos.

"Teba ini lebarnya (harus) 80 sentimeter (cm) karena ukuran bahu manusia 50-60 cm. Kalau 80 cm, orang masih bisa untuk bekerja. Kedalamannya juga harus 2 meter karena mikroba bisa hidup cuma di kedalaman 2 meter. Ini karena kami menggunakan mikroba di bawah tanah untuk mengurai sampah," tandasnya.




(hsa/hsa)

Hide Ads