Sebanyak 100 hektare (ha) lahan pertanian di Kota Denpasar berkurang pada 2023. Hal itu diakibatkan oleh masifnya alih fungsi lahan.
Kepala Dinas Pertanian Kota Denpasar AA Gde Bayu Brahmasta menjelaskan lahan pertanian di Denpasar yang masih tersisa saat ini sekitar 2 ribu hektare. Menurutnya, Pemerintah Kota (Pemkot) Denpasar sudah menetapkan aturan untuk melindungi seribu hektare dari total lahan pertanian yang tersisa itu.
"Seribu hektare itu akhirnya (menjadi) lahan abadi yang tidak bisa diubah. Kemudian lahan-lahan lainnya mungkin bisa diubah karena kepentingan dan segala hal lainnya," kata Bayu di Denpasar, Selasa (6/8/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bayu menjelaskan Pemkot Denpasar membebaskan pajak dari lahan pertanian abadi tersebut. Ia mengeklaim Pemkot Denpasar juga akan berusaha mencegah alih fungsi lahan untuk lahan pertanian yang tersisa.
Pemkot Denpasar, dia melanjutkan, akan meningkatkan produktivitas para petani melalui perbaikan saluran irigasi dan pengurangan biaya usaha tani melalui bantuan alat-alat pertanian. Ia berharap pendapatan petani semakin meningkat dan bisa bersaing dengan sektor lainnya.
"Sehingga dengan itu memungkinkan kami untuk bisa mengendalikan penjualan lahan atau perubahan fungsi lahan," imbuh Bayu
Menurut Bayu, para petani di Denpasar juga telah mendapat tanggungan ketenagakerjaan dan asuransi usaha tani. Selain itu, Pemkot Denpasar juga menyiapkan beasiswa bagi anak petani yang orang tuanya meninggal.
"Profesi petani ini kami berusaha hargai dan kami lindungi dengan tujuan sawah di Denpasar tetap abadi," ujarnya.
40 Persen Petani Berusia di Atas 60 Tahun
Brahmasta menuturkan jumlah petani Denpasar saat ini sekitar 3 ribu hingga 4 ribu orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 60 persen merupakan petani berusia di bawah 60 tahun dan 40 persen sisanya berusia di atas 60 tahun.
Pemkot Denpasar, Bayu berujar, mendorong generasi milenial untuk terlibat dalam sektor pertanian. Ia mengakui perlu strategi khusus untuk menggaet anak-anak muda bertani.
"Tanpa pangan kita tidak bisa berbuat apa-apa. Lalu, tanpa kami meneruskan ke generasi berikutnya untuk bekerja di bidang pertanian, kita akan kekurangan pangan," ujar Bayu, Selasa.
Bayu menjelaskan salah satu strategi untuk menarik generasi milenial dalam sektor pertanian adalah dengan membuka sekolah lapang. Menurutnya, kegiatan tersebut mengajarkan metode pertanian di lahan sempit dengan efektif dan efisien.
"Dulu sekolah lapang biasanya kebanyakan teoritis dan diajar oleh akademis. Tapi, polanya sekarang kami ubah. Jadi, dari petani untuk petani. Petani yang sudah kami latih, aktif di lapangan, dan sudah berhasil, nanti akan memberikan ilmunya kepada rekannya yang lain," imbuhnya.
Wakil Wali Kota Denpasar I Kadek Agus Arya Wibawa mendorong generasi milenial untuk terlibat dalam sektor pertanian. Menurutnya, Pemkot Denpasar telah memberikan perlindungan dan alat-alat pertanian berbasis teknologi kepada para petani di Denpasar.
"Sehingga generasi milenial di Denpasar mau menjadi petani-petani yang andal," kata Arya Wibawa, Selasa.
(iws/gsp)