Pemerintah Federasi Rusia bakal membuka kantor konsulat jenderal (konjen) di Denpasar, Bali. Pembukaan konjen itu menyusul banyaknya kasus yang melibatkan warga Rusia di Pulau Dewata. Bahkan, sempat beredar gambar peta Desa Canggu di Kuta Utara, Bali, yang berubah nama menjadi 'New Moscow'.
Pengumuman terkait pembukaan pembukaan kantor Konjen Rusia itu disampaikan melalui unggahan di akun Instagram Russian Embassy in Indonesia (@rusemb_indonesia) pada Sabtu (20/7/2024). Menurut unggahan itu, pembukaan Konjen Rusia di Bali itu bakal menggunakan alokasi anggaran yang disediakan untuk Kementerian Luar Negeri Rusia.
"Perdana Menteri Federasi Rusia Mikhail Mishustin menandatangani Peraturan Pemerintah tentang pembukaan kantor Konsulat Jenderal Federasi Rusia di Denpasar," demikian tertulis dalam unggahan Instagram @rusemb_indonesia yang dilihat detikBali pada Sabtu sore.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rencana pembukaan Konjen Rusia di Bali sempat diungkapkan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno. Menurut Sandiaga, pertumbuhan kunjungan turis Rusia di Bali terus meningkat.
"Kami banyak bekerja sama dengan Kota Moskow dan Rusia sendiri. Bukan hanya di aspek pariwisata, tapi juga ekonomi kreatif dan digital," ungkap Sandiaga di Politeknik Pariwisata Bali, pada 16 Mei lalu.
Sandiaga tak menampik turis asal Negeri Beruang Merah itu kerap berulah di Bali. Namun, Sandiaga berujar, membidik pasar turis Rusia tidak akan menjadi ancaman selama mengikuti aturan yang berlaku.
"Harus kita pastikan tidak menghadirkan ancaman tidak melanggar norma, aspek hukum, dan regulasi," imbuh Sandiaga ketika itu.
Sebelumnya, warganet dihebohkan dengan gambar peta Desa Canggu di Kuta Utara, Badung, Bali, yang dibubuhi penamaan 'New Moscow'. Polisi pun turun tangan menelusuri peta Canggu yang viral di media sosial itu.
Sandiaga menilai kehebohan terkait munculnya daerah 'New Moscow' di Canggu bisa menjadi peluang bagi Bali. Menurut dia, fenomena itu menunjukkan wisatawan asing beraktivitas dan berinvestasi di Pulau Dewata.
"Mereka berinvestasi dan berkegiatan di sini, kami ingin memastikan semua memberikan dampak ekonomi yang positif dan menjaga kepentingan nasional," jelas mantan wakil gubernur DKI Jakarta itu.
Sandiaga menuturkan hal serupa juga pernah terjadi di Jakarta dengan sematan sebagai 'Korea Town' atau 'K-Town'. Ia menegaskan peluang tersebut harus tetap memperhatikan regulasi dan norma setempat.
"Tentunya fenomena yang terjadi di kota-kota besar dunia ada 'Little India', 'Little Tokyo', atau 'China Town'," tutur politikus PPP tersebut.
(iws/iws)