BBPOM Denpasar Uji Kandungan Sosis hingga Terasi di PKB 2024

BBPOM Denpasar Uji Kandungan Sosis hingga Terasi di PKB 2024

Ni Made Lastri Karsiani Putri - detikBali
Sabtu, 15 Jun 2024 22:12 WIB
Pengujian sampel makanan oleh petugas BBPOM di arena PKB, Art Center Denpasar, Sabtu (15/6/2024).
Foto: Pengujian sampel makanan oleh petugas BBPOM di arena PKB, Art Center Denpasar, Sabtu (15/6/2024). (Ni Made Lastri Karsiani Putri/detikBali)
Denpasar -

Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Denpasar menguji kandungan 21 jenis makanan siap saji di arena Pesta Kesenian Bali (PKB) 2024, Art Center, Denpasar. Ada berbagai jenis makanan siap saji dan bahan makanan yang diuji. Mulai sosis, tahu, bakso, hingga terasi.

Ketua Tim Komunikasi, Informasi, dan Edukasi BBPOM Denpasar Ni Putu Ekayani menjelaskan biasanya yang dikhawatirkan adalah terasi yang mengandung pewarna merah tekstil rhodamin B. Kemudian, ada pula minuman es gula berwarna merah.

"Takutnya ada rhodamin, kemudian (uji) ada kerupuk juga. Kerupuk beras itu kami takutnya ada borax makanya kami sampling juga kerupuk beras yang dijual," ujar Ekayani di Art Center, Denpasar, Bali pada Sabtu (15/6/2024) sore.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BBPOM juga menemukan pedagang yang menjual makanan olahan kemasan Korea. Dia kemudian meminta pedagang untuk memeriksa izin edar makanan tersebut.

Menurut Ekayani, pemeriksaan dapat dilakukan melalui cek kemasan, cek label, cek izin edar hingga masa kedaluwarsa. Dia menegaskan BBPOM tidak bisa menjamin keamanan pangan apabila pangan olahan tidak ada izin edar.

ADVERTISEMENT

BBPOM juga menguji kandungan sate ikan tuna untuk memeriksa adanya formalin atau tidak. Hal yang sama juga dilakukan pada kuliner sudang lepet terkait ada atau tidaknya formalin.

Ekayani mengungkapkan berdasarkan pemeriksaan pada puluhan jenis pangan, tidak ditemukan bahan berbahaya pada makanan.

"Jadi, kepada masyarakat yang berbelanja dan hadir ke PKB untuk tidak usah khawatir. Kami dari BBPOM di Denpasar sudah melakukan uji dan memastikan keamanan pangannya," jelasnya.

Ekayani menjelaskan BBPOM sengaja menyasar hari pertama pelaksanaan PKB untuk melakukan uji sampling. Hal tersebut, dia melanjutkan, sebagai bentuk antisipasi untuk memastikan tidak ada makanan di PKB yang mengandung bahan berbahaya.

"Tidak ada borax, formalin, dan pewarna tekstil rhodamin B itu sudah kami pastikan aman. Berarti yang belanja nanti malam dan seterusnya jangan takut dan jangan khawatir karena aman," tutur Ekayani.

Meskipun demikian BBPOM tetap mengedukasi pedagang di PKB untuk tetap menjaga kualitas makanan. Khususnya, bagi pedagang sosis atau makanan jenis Korea yang selama ini banyak disajikan dalam jumlah yang banyak dan bahkan tanpa penutup makanan.

"Sudah kami edukasi juga supaya jangan memajangnya dalam volume yang banyak dan besar karena kalau tidak laku lagi dihangatkan besoknya, itu yang membuat sudah basi dan bau. Jadi, dia tidak akan mempertahankan kualitas," beber Ekayani.

Menurutnya, ada beberapa dampak yang terjadi pada tubuh jika seseorang mengkonsumsi makanan yang mengandung bahan berbahaya. Misalnya, rhodamin B yang terkandung dalam makanan dapat mengendap di dalam tubuh hingga menyebabkan kanker.


Demikian pula halnya dengan formalin dan boraks yang dapat merusak fungsi hati dan ginjal. Bahkan, beberapa orang yang sensitif bisa langsung sesak napas.

"Itu karena (formalin dan boraks) pengawet kayu, bukan untuk makanan. Dijual untuk mengawetkan kayu. Sekarang kita sebagai masyarakat jangan digunakan untuk makanan karena kita sudah selalu ada solusi penggantinya," ucapnya.

Menurutnya, hasil uji sampling di PKB tahun ini tak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya. Sementara terkait sanksi jika ditemukan pedagang yang menjual makanan dengan menggunakan bahan berbahaya, Ekayani menjelaskan hal tersebut ada tahapannya.

Misalnya, jika ditemukan terasi yang mengandung bahan berbahaya maka diberi peringatan. Jika masih membandel maka pedagang akan diberikan peringatan keras hingga penutupan usaha di PKB.

Selain itu, BBPOM juga akan menelusuri sumber pedagang dalam mendapatkan bahan berbahaya tersebut. Mereka akan bekerja sama dengan dinas terkait.

Menurut Ekayani, dengan berbagai upaya tersebut sejak 2018 yang dilakukan BBPOM, Bali terbebas dari rodhamin, khususnya jajanan upakara.

Sementara, Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga Dinkes Provinsi Bali Ni Made Kasturiani menilai dalam uji sampling tersebut para pedagang telah menyiapkan tempat sampah.

"Tetapi, ada beberapa juga pedagang yang masih terlalu banyak menyajikan makanan dan belum ditutup. Ke depannya diharapkan supaya ada tutup makanan yang belum dibeli oleh pembeli, sehingga menghindari masuk ke makanan," imbuhnya.




(hsa/hsa)

Hide Ads