Sejarah, Gerakan, dan Tujuan People's Water Forum (PWF)

Sejarah, Gerakan, dan Tujuan People's Water Forum (PWF)

Rusmasiela Mewipiana Presilla - detikBali
Rabu, 29 Mei 2024 12:15 WIB
People’s Water Forum (PWF). (Dok. PWF)
Foto: People's Water Forum (PWF). (Dok. PWF)
Denpasar -

Serupa tapi tak sama, World Water Forum (WWF) dan People's Water Forum (PWF) sebenarnya merupakan dua gerakan yang cukup bersinggungan. Pada dasarnya, PWF memberikan kritik tajam terhadap WWF, menyoroti perbedaan mendasar dalam pendekatan mereka terhadap masalah air.

PWF menekankan keadilan sosial, hak asasi manusia, dan partisipasi komunitas, serta menentang privatisasi air yang sering didukung oleh WWF. Mereka mengkritik WWF karena lebih mengutamakan solusi teknokratis dan berbasis pasar yang menguntungkan pemerintah dan perusahaan swasta, tetapi sering mengabaikan hak-hak masyarakat lokal dan keadilan akses air.

Melansir dari laman resmi People's Water Forum, berikut merupakan penjelasan lebih mendalam mengenai sejarah, gerakan, hingga tujuan didirikannya PWF.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah

Koordinasi Gerakan Air Internasional dimulai pada 2006 dengan penyelenggaraan Forum Air Dunia Alternatif (AWWF). Forum ini merupakan ruang pertemuan terbuka yang bertujuan untuk memperdalam refleksi dan debat demokratis tentang berbagai ide, memfasilitasi pertukaran pengalaman, menghasilkan alternatif, dan mengoordinasikan aksi dari gerakan masyarakat sipil.

Sejak tahun 1997, World Water Council telah menyelenggarakan World Water Forum (WWF) setiap tiga tahun. Forum internasional ini mengumpulkan organisasi swasta dan lembaga publik, termasuk perusahaan multinasional besar yang sering kali memprivatisasi dan mengkomodifikasi air, serta memperburuk praktik pengambilalihan dan pengalihan aliran air.

ADVERTISEMENT

World Water Council didirikan di Marseilles pada 1996. World Water Council adalah sebuah think-tank dengan 358 anggota, termasuk perusahaan swasta besar seperti Aquafed, Suez, Coca-Cola, dan Nestlé, serta lembaga keuangan internasional seperti Bank Dunia, pemerintah, dan organisasi PBB seperti UNESCO dan UNDP.

Debat yang diselenggarakan oleh World Water Council seringkali tidak plural dan tidak demokratis, serta tidak merespons kepentingan umum terkait air. Oleh karena itu, selama lebih dari dua dekade, Gerakan Air telah bersatu untuk menciptakan ruang yang lebih plural dan demokratis melalui AWWF.

Sejak 2003, AWWF telah membantu memperkuat koordinasi masyarakat sipil dan Gerakan Air. AWWF telah diadakan di Meksiko pada 2006, Istanbul pada 2009, Marseilles pada 2012, Brazil pada 2018, dan Dakar pada 2022.

Setiap tahun, dari satu AWWF ke AWWF berikutnya, disadari bahwa Forum Air Dunia Alternatif telah berkembang menjadi forum yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat, komunitas, dan pemerintah. Kualitas demokratis dan pemahaman tentang air sebagai hak asasi manusia dan barang umum yang vital membuat forum ini kini dikenal sebagai People's Water Forum.

Gerakan

Pada 18-24 Mei 2024, Indonesia menjadi tuan rumah Forum Air Dunia ke-10 (WWF) yang diselenggarakan oleh World Water Council (WCC). Acara tiga tahunan ini mengumpulkan perusahaan-perusahaan besar, bank, akademisi, dan lembaga publik untuk mempromosikan solusi sektor swasta dalam pengelolaan air.

Namun, selama lebih dari dua dekade, forum ini telah ditentang oleh gerakan keadilan air global yang terdiri dari organisasi keadilan air, gerakan sosial, petani kecil, serikat buruh, dan advokat hak asasi manusia. Mereka menyelenggarakan People's Water Forum (PWF) sebagai tandingan, dengan keyakinan bahwa air adalah hak asasi manusia dan harus dikelola secara adil dan demokratis, bukan sebagai komoditas pasar.

Yang ditawarkan PWF di Bali pada 2024 di antaranya kesempatan bagi gerakan keadilan air global untuk belajar, mengorganisir, memobilisasi, dan menyatukan perjuangan hak atas air di Asia Tenggara dan seluruh dunia. Para aktivis air akan menantang privatisasi air dan mendukung pengelolaan air publik dan komunitas.

Mereka akan berdiri dalam solidaritas dengan pekerja air, memprotes privatisasi, dan mengekspos kelambanan pemerintah dalam menghadapi ekstraksi sumber daya oleh modal nasional dan transnasional.

Di Bali, PWF melakukan:

• Menyerukan kepada pemerintah untuk menghentikan model pemulihan biaya neoliberal dan harga pasar untuk layanan air.
• Memprotes hambatan finansial yang membatasi akses rumah tangga berpenghasilan rendah terhadap air bersih.
• Mendukung pekerja air dalam menentang privatisasi dan korupsi di sektor air.
• Mengungkap kelambanan pemerintah dalam menangani pencemaran sistem air.
• Mempertimbangkan tindakan hukum untuk melindungi hak asasi manusia atas air.
• Menuntut transparansi dan akuntabilitas dalam alokasi dana di sektor air.
• Memperkuat layanan air publik dan pengelolaan sumber daya yang adil.
• Mendukung pembentukan Jaringan Keadilan Air Asia Tenggara guna mengoordinasikan dan memperkuat upaya kolektif dalam mengatasi isu-isu terkait air di seluruh wilayah ini.

Tujuan

Tujuan utama PWF adalah menciptakan ruang untuk mengumpulkan, melestarikan, dan menciptakan pengetahuan tentang asal-usul dan pemanfaatan air, serta melindunginya sebagai hak asasi manusia yang tidak dapat diperbaharui dan bersifat kolektif.

Dalam jangka panjang, PWF bertujuan untuk:

• Menegaskan kekuasaan masyarakat atas perusahaan air.
• Memobilisasi lebih banyak orang untuk bergabung dalam perjuangan keadilan air.
• Mendorong negara untuk mengakui hak asasi manusia atas air dan melindunginya sebagai barang publik.
• Melindungi barang publik seperti air dari komodifikasi oleh perdagangan internasional.
• Mendukung pengelolaan air oleh masyarakat dan lembaga publik yang demokratis.

Artikel ini ditulis oleh Rusmasiela Mewipiana Presilla peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(nor/nor)

Hide Ads