Para pemuda di Desa Gunaksa, Kecamatan Dawan, Klungkung, Bali, ramai-ramai merusak baliho bergambar Tegar Rafi Sanjaya, pelaku penganiayaan Putu Satria Ananta Rustika alias Rio hingga tewas. Momen itu terjadi saat prosesi ngaben atau pembakaran jenazah Satria, Jumat (10/5/2024).
Para pemuda itu merupakan teman-teman masa kecil Satria. Pantauan detikBali, baliho berukuran jumbo itu dipasang di ujung setra atau kuburan Desa Gunaksa. Baliho yang berisi foto Tegar itu bertuliskan "Senioritas Bukan pangkat untuk Membunuh." Ketika prosesi pembakaran jenazah, para pemuda menghancurkan baliho diiringi tabuh gamelan baleganjur.
Salah satu pemuda, Kadek Deo, mengaku marah dengan tindakan Tegar menganiaya Satria. Menurutnya, Tegar sangat tidak pantas menjadi taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) sebagai calon abdi negara. Deo menjelaskan baliho itu memang sengaja dibuat dan dipasang di kuburan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada yang sumbang dan pasang di sini, spontan kami hancurkan agar tidak ada lagi kasus serupa di sekolah mana pun," ujar Deo.
Dia menceritakan kenangan bersama Satria yang selalu aktif di kelompok pemuda desa. Kebersamaan terakhir ketika Satria pulang di momen Hari Raya Nyepi dan ikut mengarak ogoh-ogoh.
"Terakhir kami usung ogoh-ogoh bersama pada Nyepi, Maret lalu. Saat itu dia tidak pernah cerita mengalami kekerasan di kampusnya," kenang Deo.
Kekerasan demi kekerasan yang dialami Satria di kampus STIP baru terungkap setelah dia meninggal. Satria pernah curhat alias cerita pernah dipukul di bagian dada oleh seniornya.
"Persisnya tidak tahu, pacarnya mengungkapkan hal itu ke pihak keluarga dengan menunjukkan percakapan WhatsApp," ungkap Deo.
Ratusan warga dan keluarga hadir dalam prosesi ngaben itu.
Prosesi ngaben digelar pada Jumat pagi hingga siang. Rangkaian upacara digelar di rumah duka di Banjar Bandung, Desa Gunaksa, Dawan, Klungkung.
Prosesi mulai dari memandikan jenazah, pamitan keluarga, dilanjutkan dengan dibawa ke kuburan desa adat setempat. Upacara keagamaan ini dipimpin oleh sulinggih Ida Pedanda Gede Kemenuh dari Gria Jelantik Tojan Klungkung.
Pantauan detikBali di lokasi, pelayat dengan berpakaian adat Bali serba hitam terus berdatangan ke rumah duka, mulai dari kerabat, masyarakat adat setempat, teman-teman korban, hingga pihak kampus STIP Jakarta.
Prosesi upacara pertama dilaksanakan dengan pelepasan secara kedinasan oleh taruna STIP, kemudian dilanjutkan jenazah ditempatkan di bade sebagai penghantar sampai ke kuburan oleh warga adat. Setiba di kuburan, prosesi pembakaran jenazah atau kremasi dimulai.
(hsa/hsa)