Sandiaga Sebut Delegasi WWF Akan Belajar Pariwisata Berkelanjutan di Jatiluwih

Sandiaga Sebut Delegasi WWF Akan Belajar Pariwisata Berkelanjutan di Jatiluwih

Tim detikBali - detikBali
Minggu, 28 Apr 2024 21:31 WIB
Sejumlah wisatawan mancanegara menikmati suasana persawahan di Daya Tarik Wisata (DTW) Jatiluwih, Tabanan, Bali, Minggu (28/4/2024). Menurut pengelola DTW Jatiluwih, dalam menyambut World Water Forum (WWF) ke-10 akan mempersiapkan budaya pertanian tradisional khas Bali dan memperkenalkan subak atau sistem pengairan sawah saat kunjungan kepala negara dan delegasi WWF pada 24 Mei 2024. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/tom.
Ilustrasi - Sejumlah wisatawan mancanegara menikmati suasana persawahan di Daya Tarik Wisata (DTW) Jatiluwih, Tabanan, Bali, Minggu (28/4/2024). (Foto: ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo)
Tabanan -

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengungkapkan pertemuan World Water Forum (WWF) ke-10 akan menjadi ajang bagi Indonesia untuk memperkenalkan keragaman budaya Bali kepada dunia. Menurutnya, delegasi WWF akan belajar tentang upaya menjaga dan merawat sumber daya alam di Bali.

Delegasi WWF, Sandiaga berujar, akan belajar tentang konsep pariwisata berkelanjutan selama kegiatan tersebut. Salah satu lokasi yang disiapkan untuk kunjungan para delegasi adalah kawasan subak Jatiluwih di Kabupaten Tabanan, Bali.

"Kami sangat mendukung upaya pengembangan pariwisata berkelanjutan di Jatiluwih karena hal tersebut sejalan dengan kebijakan di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang beralih dari quantity tourism ke quality tourism," kata Sandiaga melalui keterangan tertulis yang diterima detikBali, Minggu (28/4/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jatiluwih telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia pada 2012. Desa wisata yang terkenal dengan sistem subaknya ini dinilai sebagai representasi dari pengembangan pariwisata yang berbasis keberlanjutan lingkungan (sustainable tourism).

Ketua DTW desa wisata Jatiluwih, Ketut Purna Jhon, mengungkapkan daya tarik utama Jatiluwih adalah persawahan yang dimiliki oleh banyak petani setempat. Menurutnya, pengembangan pariwisata di Jatluwih turut melibatkan petani secara bergotongroyong.

ADVERTISEMENT

Purna menerangkan keterlibatan petani dalam pengembangan pariwisata itu merupakan salah satu implementasi dari konsep community-based tourism. "Pengembangan pariwisata di Jatiluwih ini tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri. Perlu keterlibatan banyak pihak, terutama petani setempat, untuk akhirnya nanti menggerakkan ekonomi lokal," kata Purna.

Purna menjelaskan kawasan Jatiluwih akan dihias dengan pemasangan beberapa penjor saat delegasi WWF berkunjung. Selain itu, para delegasi juga akan disambut dengan tari tradisional Bali yang diiringi dengan musik tumbuk lesung.

"Jika memungkinkan, kami juga akan menyuguhkan jaje laklak (jajanan khas Bali) kepada delegasi World Water Forum. Jaje laklak ini mirip seperti kue serabi, tetapi dibuat dengan bahan dari beras merah," imbuh Purna.

Selain berkunjung ke Jatiluwih, delegasi WWF ke-10 juga dijadwalkan mengikuti prosesi melukat, yaitu ritual pembersihan diri di sumber mata air yang disucikan oleh umat Hindu di Bali. Sebelumnya, Dinas Pariwisata Provinsi Bali telah menyiapkan beberapa lokasi melukat untuk delegasi WWF, seperti Pancoran Solas Taman Mumbul, Pura Campuhan Windhu Segara, hingga Tirta Empul.

WWF ke-10 yang mengangkat tema 'Water Shared Prosperity' atau Air untuk Kemakmuran Bersama akan berlangsung di Bali pada 18-25 Mei 2024. Pertemuan internasional terbesar di bidang air itu akan dihadiri sekitar 30 ribu orang dari 172 negara.




(iws/iws)

Hide Ads