Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Provinsi Bali Tjok Bagus Pemayun mengungkapkan prosesi melukat akan diselipkan dalam studi lapangan atau field trip bagi delegasi World Water Forum (WWF) ke-10 di Bali. Dinas Pariwisata Bali telah menyiapkan beberapa lokasi melukat untuk kegiatan tersebut.
Pemayun membeberkan beberapa lokasi melukat yang dia maksud, antara lain Pancoran Solas Taman Mumbul, Pura Campuhan Windhu Segara, Tirta Empul, dan salah satu lokasi melukat di kawasan Soka, Tabanan. Ia mengaku telah mengecek kesiapan lokasi yang akan dikunjungi delegasi WWF tersebut.
"Jadi, ada field trip untuk delegasi dari Nusa Dua menuju Jatiluwih dan Nusa Dua menuju ke Museum Subak. Menuju Jatiluwih sudah kami siapkan, ada dua tempat untuk melukat," kata Pemayun di Klungkung, Bali, Minggu (28/4/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Acara delegasi ini kan padat sekali sehingga ada field trip menuju dua ini, sehingga kami selipkan (prosesi melukat) di sana," imbuhnya.
Pemayun menegaskan kegiatan melukat tersebut masih bersifat opsional. Menurutnya, para delegasi dapat mengikuti ritual pembersihan diri menurut kepercayaan Hindu Bali itu berdasarkan persetujuan delegasi yang bersangkutan.
Lantaran kapasitas lokasi melukat yang terbatas, Pemayun berujar, para delegasi diarahkan untuk mendaftar terlebih dahulu. Adapun kapasitas masing-masing lokasi melukat sekitar 50 hingga 100 orang.
Pemayun menjelaskan prosesi melukat itu berkaitan dengan topik bahasan dalam pertemuan WWF. Melukat, kata dia, menunjukkan pentingnya air bagi masyarakat Bali. Ia juga menyinggung ritual melukat sudah menjadi tren yang digandrungi wisatawan mancanegara.
Sebelumnya, ritual melukat disiapkan menjadi side event atau acara pendukung pertemuan WWF ke-10 di Bali. Melukat adalah prosesi pembersihan menurut tradisi Hindu Bali dengan membasuh diri di sumber mata air yang disucikan.
Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bali Dewa Made Indra membantah prosesi melukat untuk delegasi WWF itu sebagai upaya komersialisasi terhadap ritual keagamaan di Bali. Menurutnya, prosesi melukat itu baru sebatas tawaran dan belum menjadi agenda resmi dari WWF.
Penegasan itu disampaikan Indra untuk merespons komentar masyarakat yang merasa ajang tersebut dijadikan bisnis. Terlebih jika ribuan delegasi dibawa ke tempat yang disakralkan oleh umat Hindu di Pulau Dewata.
"Pasti kami perhitungkan, pelayanan (melukat) kepada masyarakat tetap harus. Tapi itu kan destinasi, harus buka untuk yang lain juga," imbuh Indra.
WWF ke-10 yang mengangkat tema 'Water Shared Prosperity' atau Air untuk Kemakmuran Bersama akan berlangsung di Bali pada 18-25 Mei 2024. Pertemuan internasional terbesar di bidang air itu akan dihadiri sekitar 30 ribu orang dari 172 negara.
(iws/iws)