Ritual melukat disiapkan menjadi side event atau acara pendukung pertemuan World Water Forum (WWF) ke-10 di Bali pada Mei 2024. Melukat adalah prosesi pembersihan menurut tradisi Hindu Bali dengan membasuh diri di sumber mata air yang disucikan.
Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bali Dewa Made Indra membantah prosesi melukat untuk delegasi WWF itu sebagai upaya komersialisasi terhadap ritual keagamaan di Bali. Menurutnya, prosesi melukat itu baru sebatas tawaran dan belum menjadi agenda resmi dari WWF.
"Nanti kalau sudah masuk ke agenda resminya akan ditawarkan dulu kepada delegasinya siapa yang ikut. Feeling saya tidak akan semua ikut karena kan agendanya padat sekali," kata Indra di Denpasar, Senin (22/4/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penegasan itu disampaikan Indra untuk merespons komentar masyarakat yang merasa ajang tersebut dijadikan bisnis. Terlebih jika ribuan delegasi dibawa ke tempat yang disakralkan oleh umat Hindu di Pulau Dewata. Salah satu lokasi melukat yang kemungkinan dipilih untuk dikunjungi delegasi WWF adalah Pura Tirta Empul, Tampaksiring, Gianyar.
"Pasti kami perhitungkan, pelayanan (melukat) kepada masyarakat tetap harus. Tapi itu kan destinasi, harus buka untuk yang lain juga," imbuh Indra.
Pemprov Bali, Indra berujar, sedang menyiapkan lokasi melukat alternatif bagi para delegasi WWF. Ia menilai akses menuju ke lokasi melukat juga perlu diperhatikan mengingat waktu yang dimiliki delegasi dan peserta WWF terbatas.
"Tempat melukat di Bali ada banyak. Tetapi, harus kami pertimbangkan akses menuju tempat melukat itu," ujar Indra.
"Kalau nanti berisi jalan kaki ke tempat melukat, (apalagi) tempat (melukat) kita ini kan banyak berada di perbukitan dan terjal. Itu kami pertimbangkan," imbuhnya.
Ide membawa ribuan delegasi WWF untuk mengikuti ritual melukat itu muncul dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan. Ia berharap event internasional terakhir bagi Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu berjalan sukses.
"Nanti ritual yang kita tawarkan kepada peserta yang hadir adalah melukat di Bali, kemudian orang yang datang kemari bisa observe karbonnya dengan penanaman mangrove," ujar Luhut saat jumpa pers seusai rapat koordinasi persiapan WWF ke-10 di Nusa Dua, Badung, Bali, Sabtu (20/4/2024).
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno juga menjelaskan alasan prosesi melukat dalam event di WWF ke-10 ini. Menurutnya, banyak yang penasaran dengan prosesi membasuh diri dengan air yang disucikan menurut kepercayaan Hindu Bali itu.
"Kami melihat bahwa air ini ada di dalam kehidupan masyarakat Indonesia, terutama di Bali dan banyak yang menginginkan side event-nya ritual melukat," kata Sandiaga.
Pemkot Denpasar Pasang Ratusan Penjor Saat WWF
Pemerintah Kota Denpasar bakal memasang sekitar 310 penjor menjelang pelaksanaan WWF ke-10 di Bali pada Mei mendatang. Adapun total anggaran pengadaan ratusan penjor itu mencapai Rp 265 juta yang bersumber dari APBD Denpasar 2024.
"(Pemasangan penjor) dari gerbang Tol Bali Mandara sampai The Meru Sanur," ujar Kepala Dinas Pariwisata Kota Denpasar Ni Luh Putu Riyastiti, Senin.
Terkait waktu pemasangan penjor, Riyastiti melanjutkan, masih menunggu arahan dari Pemprov Bali. Ia menjelaskan ratusan penjor yang akan dipasang akan dihias sesuai dengan standar yang diminta oleh Pemprov Bali.
"Di Denpasar rencananya ada dua tempat yang dijadikan sebagai venue agenda WWF, yaitu di The Meru Sanur (yang merupakan KEK Sanur) dan KEK Kura-kura Bali," sebutnya.
WWF 2024 mengangkat tema 'Water Shared Prosperity' atau Air untuk Kemakmuran Bersama. Pertemuan internasional terbesar di bidang air itu yang diselenggarakan tiga tahun sekali itu akan dihadiri sekitar 30 ribu orang dari 172 negara.
(iws/nor)