Bali Targetkan Retribusi Turis Asing Rp 500 Miliar hingga Akhir 2024

Gianyar

Bali Targetkan Retribusi Turis Asing Rp 500 Miliar hingga Akhir 2024

Ni Made Lastri Karsiani Putri - detikBali
Kamis, 07 Mar 2024 20:45 WIB
Sandiaga Uno saat di Gianyar, Bali, Kamis (7/3/2024).
Foto: Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno saat ditemui di Desa Ketewel, Kecamatan Sukawati, Gianyar, Bali, Kamis (7/3/2024). (Ni Made Lastri Karsiani Putri/detikBali)
Gianyar -

Provinsi Bali menargetkan perolehan retribusi pariwisata dari turis asing sebesar Rp 500 miliar hingga akhir 2024. Hal itu diungkapkan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno saat melakukan kunjungan kerja ke di Desa Ketewel, Kecamatan Sukawati, Gianyar.

Menurutnya, target Rp 500 miliar dapat tercapai jika ada 5 sampai 7 juta turis asing datang ke Bali hingga 2024. Sementara hingga saat ini perolehan retribusi pariwisata yang telah terkumpul di atas Rp 20 miliar.

Sandiaga kemudian menceritakan soal kunjungannya ke Australia dan India beberapa waktu lalu. Pihaknya telah mendapatkan feedback soal retribusi pariwisata yang diterapkan Pemprov Bali.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari feedback awal mereka bisa memahami dan malah ada yang mengapresiasi bahwa Bali serius untuk menangani isu lingkungan, terutama sampah dan juga pemurnian dari kondisi dan budaya adat istiadat di Bali," kata Sandiaga, Kamis (7/3/2024).

Sandiaga juga pernah mendengar cerita soal satu orang turis asing yang datang ke Bali melalui pintu domestik, tapi tak diminta untuk membayar retribusi pariwisata di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai..

ADVERTISEMENT

"Jadinya, akan ada tiga yang melakukan pengumpulan, yaitu sebelum keberangkatan (bayar) melalui website, saat kedatangan untuk sosialisasi. Tapi, juga nanti akan dibuat di destinasi-destinasi dan hotel," jelasnya.

Di sisi lain Sandiaga menyebut belum ada daerah lain di Indonesia yang menerapkan retribusi pariwisata seperti Bali.

"Kami bisa memperkenalkan sisi ini karena kekuatan Bali, tapi yang lain kami harus secara hati-hati kelola destinasinya lebih berkualitas dan berkelas dunia serta berkelanjutan. Baru setelah memiliki kekuatan posisi tawar seperti Bali kami bisa tawarkan pungutan serupa," tegasnya.




(nor/nor)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads