Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengaku terusik dengan suara-suara kritis dari kalangan kampus. Menurut dia, gerakan masif seperti ini baru terjadi saat menjelang akhir masa kampanye Pemilu 2024.
"Masih berkaitan dengan pelaksanaan pemilu tahun 2024 ini, ada satu hal yang mengusik hati dan pikiran saya. Di pengujung masa kampanye saat ini, muncul gerakan dan pernyataan kritis dari kalangan kampus," kata SBY, dilansir dari detikNews, Kamis (8/2/2024).
Di berbagai daerah, sejumlah rektor, guru besar dan mahasiswa menyuarakan pentingnya pemilu yang damai, jujur, dan adil. Secara implisit, kata SBY, mereka khawatir jika Pemilu tahun 2024 ini tidak berlangsung secara damai, secara jujur, dan secara adil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sementara itu juga ada pernyataan politik yang lebih jauh, seperti 'Kalau pilpres hanya berlangsung satu putaran, berarti itu curang'. Ditambahkan lagi, 'Kalau pilpresnya curang kita tidak akan terima, dan negara siap-siap chaos'," tuturnya.
SBY mengatakan situasi ini tidak terjadi di empat pemilu sebelumnya. Dia pun menilai dalam pandangannya menjadi seorang yang tidak pernah absen dalam 20 tahun pemilu di era reformasi dan demokratisasi, baik ketika dirinya berada di dalam ranah kekuasaan maupun ketika berada di luar ranah kekuasaan.
Menurut SBY, tudingan bahwa Pilpres 2024 pasti curang dan hasilnya akan ditolak adalah sesuatu yang berlebihan.
"Namun, di sisi lain, mengabaikan suara-suara di luar yang khawatir pilpresnya bakal curang, tentu juga tidak bijak," ujarnya.
"Begini jalan pikiran saya. Kami ingin, saya yakin rakyat kami juga ingin, Pilpres 2024 ini hasilnya sah. Sah dan diterima oleh rakyat. Dengan keabsahan ini, pemimpin baru kita akan memiliki legitimasi yang kuat. Kekuasaan (power) yang dimiliki juga berkah, yang insyaAllah akan mengantarkan beliau sukses dalam memimpin negeri ini 5 tahun ke depan," tambahnya.
Menurutnya, politik sejatinya bercerita tentang kekuasaan. Seorang politisi akan diuji bagaimana cara kekuasaan itu diperoleh apakah sah dan halal atau tidak.
"Setelah memegang kekuasaan, dia juga akan diuji bagaimana kekuasaan itu digunakan-disalahgunakan atau tidak. Oleh karena itu, kembali ke urusan pemilu 2024, kita semua mesti berupaya dan sama-sama memastikan bahwa pilpres kita ini benar-benar berlangsung secara jujur dan adil," tutupnya.
(dpw/dpw)