Setiap tahunnya, masyarakat Tionghoa di seluruh dunia rutin melakukan salah satu perayaan penting dalam budaya mereka, yakni Hari Raya Imlek. Imlek penuh dengan kegembiraan, hiasan warna-warni, perayaan ini dipercaya dapat membawa keberuntungan serta kebahagiaan.
Melansir Jurnal Filsafat tentang Imlek Sebagai Permohonan dan Syukur, Imlek merupakan sebuah perayaan tahun baru. Namun hingga kini selalu dirayakan secara turun-temurun oleh warga etnis Tionghoa dan seolah-olah menjadi keharusan bagi mereka. Lantas apa sebenarnya makna yang terkandung dalam perayaan Imlek?
Sejarah Singkat dan Makna Perayaan Imlek
Poin utama atau makna dari perayaan imlek adalah ritual. Ritual yang dilakukan saat perayaan Imlek dipercaya dapat mencapai kesejahteraan, ketentraman, dan kebahagiaan.
Awalnya, Imlek hanyalah perayaan untuk menyambut musim semi yang dilakukan oleh petani di negeri Tionghoa. Hal tersebut dilakukan dikarenakan pertanda bagi mereka untuk kehidupan yang baru karena pepohonan mulai memunculkan tunas baru dan bakal bunga mulai tumbuh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seiring berjalannya waktu, perayaan ini tetap terpelihara dan menjadi sebuah ritual yang turun-temurun.
Ritual Perayaan Imlek
Ritual yang dilakukan saat perayaan Imlek berlangsung selama 21 hari. Diawali dengan ritual mengantar Dewa Dapur (Dewa Tjiao Kun Kong) ke langit yang dilakukan seminggu sebelum perayaan Imlek.
Dewa ini dipercaya mempunyai tugas untuk memberikan laporan mengenai kehidupan manusia terhadap Thian (Dewa Tertinggi). Ritual ini dilakukan dengan membakar dupa, memberikan persembahan dan membakar petasan.
Tujuannya agar dewa tersebut memberikan laporan positif ke Dewa Thian sehingga mereka juga berupaya untuk mengoleskan madu ke patung Dewa Dapur.
Baca juga: Warga Bali Mulai Berburu Pernak-pernik Imlek |
Tepat seminggu sebelum imlek, mereka juga melakukan pembersihan di klenteng, rumah dan lingkungan mereka sendiri. Mereka percaya bahwa pada saat itu semua dewa akan kembali ke langit.
Pada saat malam perayaan Imlek, biasanya akan diadakan persembahyangan sebagai bentuk wujud bakti terhadap Tuhan. Namun, ada beberapa keluarga yang melaksanakannya pada saat hari Imlek.
Ritual akan dilanjutkan pada saat hari pertama perayaan Imlek dengan mengenakan pakaian baru, saling mengucapkan, dan berbagi kebahagiaan yang disimbolkan dengan pemberian hong bao (amplop merah yang berisi uang).
Ritual selanjutnya adalah King Thi Kong yang dilakukan pada tanggal sembilan bulan satu kalender Lunar dengan memasang meja tinggi di depan rumah menghadap ke langit untuk mengucapkan syukur serta berjanji untuk hidup lebih baik lagi di tahun yang baru. Terakhir, perayaan Imlek akan ditutup dengan Cap Go Meh atau Festival lampion.
Ritual ini dilakukan pada tanggal 15 bulan pertama kalender Lunar dan bertepatan dengan munculnya bulan purnama pada awal tahun baru yang dilakukan dengan menghiasi lampion di depan rumah atau pinggir jalan.
Kaitannya dengan Warna Merah dan Barongsai
Dalam perayaan Imlek, warna yang dominan adalah warna merah dan warna kuning. Orang-orang yang merayakan Imlek mayoritas mengenakan pakaian berwarna merah, hingga ornamen-ornamen lainnya yang berwarna merah. Warna merah merupakan simbol kebahagiaan, keberuntungan, serta kelimpahan. Sedangkan, warna kuning melambangkan keceriaan.
Melansir detikNews, barongsai merupakan tarian tradisional Cina yang rutin dipertunjukkan pada Hari Raya Imlek. Pada festival di Tionghoa, barongsai dipercaya dapat mengusir roh jahat dan menciptakan suasana meriah juga membawa kebahagiaan. Singa dalam tarian barongsai merupakan lambang kekuatan, kebijaksanaan, dan keunggulan yang diharapkan dapat membawa keberuntungan saat Hari Raya Imlek.
Pertunjukan barongsai saat Hari Raya Imlek juga berkaitan dengan legenda Nian, barongsai adalah hewan yang ditakuti saat malam Tahun Baru Imlek. Sebuah binatang yang dinamakan "Nian" yang berarti 'tahun' dalam bahasa Cina, merusak ladang hingga tanaman para penduduk sebuah desa di Tiongkok.
Penduduk desa membuat model singa dari bambu dan kain setelah mengetahui bahwa Nian takut terhadap Singa yang hingga kini dikenal sebagai barongsai. Sejak saat itu, rutin dipertunjukan tarian barongsai setiap perayaan Tahun Baru Imlek yang diiringi dengan drum, simbal, dan gong.
(nor/nor)