Calon wakil presiden (cawapres) Gibran Rakabuming Raka berkampanye di sejumlah daerah di Bali, Selasa (9/1/2024). Dalam kampanye tersebut, beberapa tokoh, simpatisan, pengusaha, hingga kreator konten menyampaikan sejumlah permintaan kepada putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu.
Gibran menampung beragam permintaan tersebut dan berjanji untuk melakukan pemerataan ekonomi di Bali utara jika terpilih sebagai wakil presiden. Berikut rangkuman beragam permintaan saat Wali Kota Solo itu kampanye di Bali.
Melanjutkan Tol Gilimanuk dan Membuka Kembali SMA Bali Mandara
Relawan dan simpatisan Prabowo-Gibran di Buleleng menyampaikan sejumlah aspirasi kepada Gibran. Mereka meminta Gibran jika terpilih sebagai wakil presiden melanjutkan pembangunan Tol Gilimanuk-Mengwi, Bandara Bali Utara, hingga mengoperasikan lagi SMA Bali Mandara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Permintaan kami khususnya kelanjutan dari Bandara Bali Utara. Satu lagi, Sekolah Bali Mandara jangan ditutup, itu khusus Bali utara," ujar Ketua Tim 8 Relawan Jokowi Bergerak Bersama Prabowo (RJBBP), Jero Krisna.
Untuk diketahui, Gubernur Bali 2018-2023, Wayan Koster, memangkas anggaran SMA Bali Mandara. Padahal, SMA berasrama tersebut dikhususkan untuk anak-anak kurang mampu dan gratis.
Menurut Krisna, proyek Tol Gilimanuk-Mengwi yang terbengkalai juga harus dipastikan kelanjutannya. Kemudian, menuntaskan pembangunan Pusat Kebudayaan Bali di Klungkung.
"Ini kami titipkan ke Mas Gibran mohon nanti disampaikan ke Pak Prabowo," minta Krisna.
Menanggapi aspirasi tersebut, Gibran mengatakan akan mengkaji ulang. Dia menyatakan komitmennya dalam pemerataan pembangunan. Namun, dia meminta masyarakat Buleleng bersabar.
"Bapak ibu perlu bersabar, Bandara Buleleng kami kaji ulang, dan juga pembangunan lain yang ada di Bali utara," katanya.
Menurutnya, pembangunan di Buleleng harus membuka titik-titik pertumbuhan ekonomi baru sehingga tercipta pemerataan ekonomi di Bali.
"Kami ingin juga titik-titik pertumbuhan ekonomi baru di Bali utara, kami ingin juga nanti bandara terbangun bisa buka lapangan pekerjaan yang banyak," ungkap Gibran.
Memindahkan Ibu Kota Bali ke Buleleng
Tokoh Puri Buleleng, Anak Agung Wiranata, menyampaikan usulan kepada Gibran agar ibu kota Bali dipindah dari Denpasar ke Buleleng. Hal itu disampaikan dalam salah satu agenda kampanye bertajuk 'Gibran Mendengar' yang dihadiri sejumlah tokoh adat dan masyarakat di Gedung Mr. I Ketut Pudja, Buleleng, Selasa.
"Ibu kota Provinsi Bali dulu di Buleleng. Agar dikembalikan ke sini sehingga ada pemerataan," ujar Wiranata.
Menurut Wiranata, pemindahan ibu kota penting untuk pemerataan pembangunan di Bali. Sebab, selama ini perekonomian hanya terfokus di Bali selatan.
Selain itu, Wiranata juga meminta agar pembangunan Bandara Bali Utara dilanjutkan. Jika berdasarkan kajian tidak bisa terealisasi, maka dia meminta agar pemanfaatan eks Pelabuhan Buleleng dioptimalkan.
Wiranata membeberkan dulu eks Pelabuhan Buleleng bernama Pelabuhan Sunda Kecil. Banyak kapal dagang yang singgah ke pelabuhan tersebut pada masa itu.
"Ini pelabuhan kuno. Dulu dikenal dengan nama Sunda Kecil. Pelabuhannya di sini," jelasnya.
Mendengar usulan tersebut, Gibran membenarkan selama ini terjadi ketimpangan pembangunan di Bali utara dan selatan. Dia kembali menegaskan akan mengkaji ulang rencana pembangunan Bandara Bali Utara. Terlebih, Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Badung, sudah melebihi daya tampung atau overload.
"Kami lihat nanti apakah pengambilan keputusan bandara ini (Bandara Bali Utara) tepat atau tidak," papar Gibran.
Keluhan soal Pajak Hiburan Naik Jadi 40 Persen
Pengusaha muda bernama Dimas Akira mengeluhkan pajak hiburan yang naik 40 persen di acara 'Gibran Mendengar' di Kuta, Badung, Selasa. "Mengenai baru-baru ini tentang pajak naik 40 persen yang ingin saya tanyakan, apa yang Mas Gibran lakukan jika terpilih?" tanya Dimas.
Dimas melihat Bali saat ini sudah tidak seramai dahulu. Akibatnya, berimbas pada pelaku usaha pariwisata di Bali.
Pria yang juga bekerja sebagai disc jockey (DJ) itu menilai banyak wisatawan yang kini lebih memilih negara lain untuk berwisata dibandingkan Pulau Dewata.
Mendengar keluhan tersebut, Gibran mengatakan pajak hiburan menjadi 40 persen sangat memberatkan. Apalagi pasca pandemi COVID-19.
"Untuk masalah pajak tadi memberatkan ya apalagi pasca COVID, oke-oke," jawab Gibran.
Selain itu, Dimas dan sang istri, Sheila Marcia juga mengeluhkan banyak DJ yang berasal dari negara asing. Ia mempertanyakan ke Wali Kota Solo itu terkait perizinan mereka.
Meski legal, seharusnya masih banyak anak muda Bali yang kualitasnya lebih bagus dan tarifnya murah dibandingkan warga asing.
"Banyak WNA dari Rusia, bukan DJ juga, tapi fotografer, pengajar penari Bali, harga jauh mahal dari lokal. Menurut saya skill ada yang di atas anak-anak lokal, tapi ada juga di bawah anak-anak muda bali," jelas pasutri yang juga sebagai kreator konten itu.
Gibran pun menanyakan apakah dari pemilik usaha yang mengundang. Namun, Dimas dan Sheila tidak mengetahui hal tersebut. "Saya juga nggak tahu, mungkin dari pemilik tempat mintanya mereka," ujarnya.
Oleh sebab itu, Gibran akan menampung seluruh aspirasi yang disampaikan oleh beberapa influencer atau pemengaruh dan pengusaha muda di Bali.
"Ya tadi dikeluhkan, nanti kami tampung masukan-masukannya ya," tandas Gibran.
Pengusaha Usul Kereta Denpasar-Buleleng
Gibran juga mendapat usulan soal pentingnya pembangunan jalur kereta yang menghubungkan Denpasar dengan Buleleng. Ini disampaikan oleh seorang pengusaha asal Buleleng, Dina, dalam acara 'Gibran Mendengar'.
Awalnya, Dina mengeluh adanya ketimpangan di Bali utara dan selatan. Khususnya dari segi transportasi umum.
"Kami benar-benar tidak ada transportasi umum yang menghubungkan antara Buleleng dan Denpasar," kata Dina kepada Gibran.
Namun, Gibran malah bertanya apakah Dina setuju atau tidak dengan Bandara Bali Utara.
"Setuju kalau ada bandara?" tanya Gibran.
Ditanya soal itu, Dina dilematis. Dia pun menyarankan agar dibangun transportasi umum seperti kereta.
"Setuju nggak setuju sih mas. Pertama mungkin kalau lihat dari pengalaman kemarin kami pikir memang harus ada second opinion untuk sarana transportasi orang yang mau ke Bali. Kedua, menurut saya mungkin lebih urgent untuk kereta atau apa yang menghubungkan," jawab Dina.
Gibran kembali menanyakan jika dibangunnya Bandara Bali Utara dapat menjadi pertumbuhan ekonomi yang merata di Buleleng.
"Kalau misalnya ada bandara, terus Buleleng jadi titik pertumbuhan ekonomi baru biar pertumbuhan ekonomi merata menurut Ibu gimana?," tanya Gibran lagi.
"Kalau memang untuk perkembangan kami di Buleleng, setuju," jawab Dina.
Lebih lanjut, Gibran menjelaskan pembangunan Bandara Bali Utara bukan semata karena konektivitas dan akses warga Buleleng menjadi mudah ke selatan. Namun, dapat menjadi titik pertumbuhan ekonomi yang setara seperti di selatan.
"Bukannya kami menjanjikan pembangunan bandara ya, tapi kami ingin mengkaji ulang. Kami ingin ada pertumbuhan ekonomi barulah biar merata," ucap Gibran.
(nor/gsp)