Dilansir dari detikNews, Selasa (26/12/2023), saling serang barisan pendukung dua paslon itu bermula saat Cak Imin mengungkap gagasan yang hendak mengganti istilah revolusi mental dengan slepet. Pada saat itu, Cak Imin turut menyampaikan revolusi mental yang sudah berjalan hampir 10 tahun oleh pemerintah belum berhasil.
"Tadi pada teriak slepet, kenapa saya ngomong slepet? karena kalau mau jujur, sebenarnya yang lebih tepat itu apa, revolusi sebenarnya. Tapi kata-kata revolusi agak kacau, sejak revolusi mental gagal dijalankan dengan baik. Jadi terpaksa kasih istilah lebih mudah dan kemudian tidak mengganggu, karena 10 tahun revolusi mental jadi revolusi mental, nah itu," ucap Cak Imin dalam penyampaian gagasan di GOR Jatidiri, Semarang, Minggu (24/12/2023).
Cak Imin menjelaskan memilih kata 'slepet' agar lebih muda dipahami dan dimengerti. Dia juga mengatakan kata 'slepet' memberikan pesan bakal memberantas setiap permasalahan yang ada.
TKN Sebut Slepet Seperti Olok-olok
TKN Prabowo-Gibran lantas merespons pernyataan Cak Imin. Istilah slepet pun dinilai seperti olok-olokan.
Wakil Ketua TKN Prabowo-Gibran, Habiburokhman, memberikan kritikan atas istilah slepet. Dia awalnya mempertanyakan Cak Imin yang hendak slepet program revolusi mental.
"Parameternya apa beliau bicara revolusi mental gagal? Sayang sekali beliau tidak tunjukkan data yang jelas. Kesannya beliau hanya bicara asumsi berdasarkan ketidaksukaan karena posisi politik yang berseberangan," kata Habiburokhman kepada wartawan, Senin (25/12/2023).
Habiburokhman kemudian mempertanyakan konsep 'slepet' yang diusung Cak Imin bersama Anies Baswedan. Dia menilai definisi slepet ini seperti olok-olok.
"Justru saya tidak melihat konsep perdefinisi yang jelas soal slepet itu apa, kok seperti main-main dan olok-olok saja," kata Wakil Ketua Umum Partai Gerindra itu.
Menurut Habiburokhman konsep slepet itu menganjurkan kekerasan. Karena, kata dia, sarung yang digunakan untuk salah malah untuk melecut atau memukul orang.
"Justru konsepnya seperti menganjurkan kekerasan, karena sarung yang merupakan alat untuk salat digunakan untuk memukul orang. Sudah banyak kejadian terjadi tawuran atau perang sarung yang menimbulkan korban. Baiknya sarung ya hanya kita gunakan untuk ibadah, bukan untuk melakukan kekerasan," ucap dia.
"Jadi sebagai pemimpin kita harus hati-hati dalam menggunakan diksi, kalau konsep yang tidak matang publik akan salah memahami," imbuhnya.
Respons Timnas AMIN
Wakil Ketua Umum PKB, Jazilul Fawaid, lantas membantah Wakil Ketua TKN Prabowo-Gibran, Habiburokhman, yang menyebut pernyataan cawapres nomor urut 1, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, soal slepet seperti olok-olokan. Jazilul menegaskan slepet istilah pesantren dan bahasa rakyat kecil.
"Itu istilah khas pesantren bukan olok-olok. Justru istilah revolusi mental terkesan gagah tapi praktiknya keropos," kata Jazilul saat dihubungi, Selasa (26/12).
Jazilul lantas bicara lebih lanjut soal keroposnya revolusi mental. Dia menyinggung merosotnya indeks demokrasi hingga muncul lagi mental korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
"Keroposnya revolusi mental dapat ditandai dengan merosotnya indeks demokrasi dan munculnya kembali mental KKN. Dan, faktanya pada periode kedua kabinet kerja revolusi mental ini sudah tidak bunyi bahkan sudah ditinggalkan," ucapnya.
Lebih lanjut, Wakil Ketua MPR RI ini menyebut istilah slepet juga untuk menghormati bahasa rakyat kecil.
"Hemat saya, cak Imin mengenalkan slepet sebagai bagian dari bahasa rakyat. Slepet bukan olok olok tapi menghormati bahasa rakyat kecil," ujar dia.
(dpw/dpw)