Umat Hindu Bali mengadakan upacara Banyu Pinaruh, sehari setelah Hari Raya Saraswati. Namun, upacara di Pantai Watu Klotok, Klungkung, tak berjalan maksimal karena pantai itu penuh dengan sampah.
Pantai ini menjadi satu kesatuan dengan Pura Watu Klotok yang tak jauh dari sana. Namun, tradisi melukat di pantai ini menjadi kurang mengenakkan karena sampah kiriman memenuhi pinggir pantai.
Salah satu warga, Made Ardi dan beberapa rekannya menyusuri Pantai Watu Klotok, Minggu (17/12/2023). Sejak dini hari, pemuda asal Desa Tojan tersebut datang ke pantai untuk melaksanakan ritual Banyu Pinaruh
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
etelah bersembahyang di pesisir dan membasahi tubuhnya dengan air laut, Ardi dan rekan-rekannya memiliki inisiatif untuk memungut sampah.
"Walaupun ini kebanyakan sampah sisa-sisa upakara, tapi kan pesisir jadi kotor juga. Sampah dibiarkan berserakan seperti ini," keluh Ardi.
Ia dan rekan-rekannya tampak antusias memungut sampah, lalu diikuti oleh warga lainnya yang kebetulan lewat di sisi selatan Pura Watu Klotok. Tidak hanya sampah sisa upakara, tidak sedikit juga sampah plastik seperti botol minuman dan kemasan malaman ringan. Serta sampah-sampah kayu yang kemungkinan merupakan sampah kiriman.
Sampah-sampah itu lalu dikumpulkan, agar tidak berserakan di pesisir.
"Kalau dikumpulkan seperti ini, jadi tinggal diangkut petugas kebersihan," ungkap dia.
Sementara pengunjung lain, Gede Murdana mengatakan, sampah yang berserakan sebagian besar merupakan sampah sisa upakara. Sisanya merupakan sampah kiriman dan sampah dari pengunjung.
"Semoga masyarakat memiliki kesadaran juga, bisa membawa pulang sampahnya atau buang sampah pada tempatnya. Tapi ada aja yang membiarkan sampahnya begitu saja di pantai," ungkapnya.
Dirinya berharap sampah-sampah di pesisir Pantai Watu Klotok juga dapat diangkut secara rutin. Mengingat kawasan Watu Klotok termasuk kawasan suci.
(dpw/dpw)