Pantai Sanur, Denpasar, Bali, dipadati masyarakat pada Minggu (9/2/2025) pagi. Kunjungan masyarakat didominasi oleh mereka yang bertujuan melakukan ritual Banyu Pinaruh.
Salah satunya adalah Satya Wibawa. Dia datang bersama istri dan seekor anjing peliharaannya. "Sarana yang kami bawa cuma canang sesari sama beberapa rarapan atau sesajen lah istilahnya. Datang (ke Pantai Sanur) pukul 08.00 Wita tadi," ujar Satya di Pantai Sanur, Minggu.
Suasana Pantai Sanur yang diguyur hujan tak menyurutkan semangat Satya dan keluarga untuk menggelar Banyu Pinaruh. Sebab, bagi dia hal itu merupakan kewajiban yang dilakukan seusai persembahyangan Hari Raya Saraswati.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"(Makna Banyu Pinaruh) Kalau dari saya sendiri mungkin bisa dibilang untuk pembersihan diri," kata Satya.
Sementara itu, pemangku Jan Banggul Pura Agung Jagatnatha Kota Denpasar Ida Bagus Saskara menjelaskan Banyu Pinaruh dilaksanakan satu hari setelah Hari Suci Saraswati. Persembahyangan ini digelar atas anugerah ilmu pengetahuan yang diberikan.
"Lalu (saat Banyu pinaruh) kita melakukan pengelukatan, pembersihan baik di griya maupun pantai atau sumber-sumber mata air yang alami. Di situlah kita melakukan pembersihan diri. Sehingga, ke depan kita bisa menerima ilmu pengetahuan dengan lebih baik lagi dan dapat menjalankannya," tutur Saskara.
Menurutnya, dalam melakukan Banyu Pinaruh, sarana upacara yang digunakan cukup sederhana, seperti canang sari hingga dupa.
"(Sarana persembahyangan) Dihaturkan di mana dia melakukan pemelukatan. (Setelah itu) Barulah melakukan pemelukatan tersebut," tandas Saskara.
(hsa/gsp)