Ratusan ternak di Desa Siru, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), turut terdampak kekeringan yang melanda daerah tersebut. Kekeringan membuat ternak warga kesulitan mendapat rumput hijau untuk makanannya.
"Ternak menjadi kurus," ungkap Kepala Desa Siru Sumardi saat ditemui di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Senin (9/10/2023).
Sumardi mengatakan kondisi ternak yang kurus itu berpengaruh pada harga jualnya. Semakin kurus, harga ternak seperti sapi, kambing, kerbau dan babi menjadi murah. "Harganya turun kalau ternak kurus," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sumardi menjelaskan pemilik ternak biasanya memanfaatkan jerami untuk pakan ternak saat memasuki musim kemarau seperti sekarang. Persawahan di Desa Siru luasnya hampir 800 hektare.
Persawahan di Siru dan daerah lainnya di Lembor tidak lagi menanam padi seusai panen pertama tahun ini pada Maret lalu.Musababnya, sawah mengalami kekeringan akibat perbaikan irigasi.
"Saat ini sawah masih kering sejak beberapa bulan lalu karena ada perbaikan irigasi," imbuh Sumardi.
Kekeringan sawah di Desa Siru dan daerah lainnya di Lembor beberapa bulan terakhir juga berdampak pada kelangkaan beras di daerah tersebut. Saat ini, warga di wilayah itu kesulitan mendapatkan beras. Padahal, Lembor menjadi salah satu lumbung beras di Manggarai Barat, Manggarai, hingga Manggarai Timur.
"Biasanya kalau warga butuh beras, bisa beli di penggilingan. Sekarang di penggilingan stok habis," kata Sumardi.
Sumardi menjelaskan saluran irigasi yang sedang diperbaiki di wilayah tersebut mulai dialiri air ke sawah pada pertengahan Oktober ini. Itupun belum bisa ke semua sawah karena perbaikan irigasi belum sepenuhnya rampung. Jika irigasi itu sudah bisa dimanfaatkan pada pertengahan bulan ini, maka petani di sana bisa menanam pada November 2023 dan baru bisa panen pada Maret 2024.
"Kalau tanam akhir November, sekitar Maret baru panen. Masyarakat Lembor akan terancam rawan pangan," tandas Sumardi.
(iws/nor)