Penyebaran Nyamuk Wolbachia untuk Atasi DBD di Denpasar Tuai Kritikan

Penyebaran Nyamuk Wolbachia untuk Atasi DBD di Denpasar Tuai Kritikan

Ni Made Lastri Karsiani Putri - detikBali
Minggu, 08 Okt 2023 08:30 WIB
Prof. Richard Claproth mengkritik penyebaran nyamuk wolbachia.
Foto: Prof. Richard Claproth mengkritik penyebaran nyamuk wolbachia. (Ni Made Lastri Karsiani Putri/detikBali)
Denpasar -

Upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Denpasar menggunakan metode wolbachia untuk memberantas demam berdarah dengue (DBD) menuai kritikan. Peneliti senior, Prof. Richard Claproth, menganjurkan lebih menjaga kebersihan got atau saluran air ketimbang memanfaatkan wolbachia.

"Lebih baik kita sebarkan uang jauh lebih sedikit untuk membangun mental masyarakat untuk membersihkan. Kerja bakti dan gotong royong kan sudah tidak ada lagi. Jadi, jangan nasib kita tergantung sama eksperimen-eksperimen yang belum jelas," ujar salah seorang penasihat menteri di Kementerian PPN/Bappenas itu di Denpasar, Bali, Sabtu (7/10/2023).

Selain menjaga kebersihan, Richard juga menganjurkan penggunaan klorin dioksida sebagai solusi mengatasi nyamuk aedes aegypti.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Richard menegaskan bakteri wolbachia yang menginfeksi nyamuk merupakan hasil rekayasa genetika. Namun, bakteri wolbachia juga bisa tumbuh di sebagian besar serangga.

Richard pun menyebut mustahil pelepasan nyamuk yang sudah terinfeksi wolbachia secara besar-besaran tidak memiliki efek samping.

ADVERTISEMENT

"Ancaman pelepasan nyamuk secara besar-besaran akan membuat pengunjung enggan datang dan dapat menyebabkan keruntuhan ekonomi," ucapnya.

Menurutnya, penyebaran wolbachia akan memusnahkan satu spesies dan berpotensi memunculkan spesies baru. Penyebaran ribuan nyamuk wolbachia juga membuat makin banyak nyamuk beterbangan.

"Seperti zaman Pak Harto dulu. Tikus-tikus kan disikat dan akhirnya ada wabah wereng yang lebih lagi karena tidak ada tikus yang memang untuk keseimbangan. Jadi, hati-hati bermain dengan itu," ungkap Presiden Koalisi Dunia untuk Kesehatan dan Kemanusiaan/Coaliciòn Mundial Salud Vida (Comusav) untuk Wilayah Asia dan Afrika itu.

Menurut Richard, masyarakat seharusnya boleh memilih antara setuju atau tidak apabila rumahnya ditunjuk sebagai lokasi peletakan wadah telur nyamuk (WTN) atau Mosquito Release Container (MRC).

Sementara itu, Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Denpasar Anak Agung Ngurah Gede Dharmayuda yang dikonfirmasi secara terpisah menerangkan pada November 2023 Pemkot Denpasar akan menyebarkan telur-telur nyamuk di 24 desa/kelurahan.

Menurutnya, akan ada 16.042 WTN yang disebarkan. "Satu wadah berisi satu kapsul yang mengandung 500 telur nyamuk," ungkap Dharmayuda.

Dia menyebut metode wolbachia terbukti efektif menurunkan kasus DBD. Di Yogyakarta misalnya, 77 persen kasus bisa diturunkan. Kemudian, persentase rawat inap turun sampai 86 persen.

"Kalau seandainya gagal, upaya yang paling efektif dan efisien adalah lebih optimalkan partisipasi masyarakat untuk melaksanakan PSN (pemberantasan sarang nyamuk) karena dengan demikian bisa memutus mata rantai penularan kasus oleh nyamuk aedes aegypti," tandas Dharmayuda.




(hsa/gsp)

Hide Ads