Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), mencatat 46 kasus demam berdarah dengue (DBD) pada Januari 2025. Dari jumlah tersebut, satu orang dilaporkan meninggal dunia.
"Dari data per 25 Januari ada 46 kasus DBD, dan 1 orang meninggal dunia usia 13 tahun dari Kecamatan Jerowaru," jelas Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Lombok Timur, Munawir Haris, saat diwawancarai detikBali di ruang kerjanya, Senin (3/2/2025).
Munawir menambahkan, puluhan kasus tersebut tersebar di beberapa kecamatan, yakni Terara, Selong, Pringgabaya, Sakra, Masbagik, Sambelia, Jerowaru, Pringgasela, Lenek, Sikur, Suralaga, dan Wanasaba.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Munawir menyebut sejak November dan Desember 2024 hingga Januari 2025, Dinas Kesehatan telah melakukan langkah antisipasi mengingat curah hujan yang meningkat berdampak pada kenaikan kasus DBD.
"Ada tren peningkatan kasus DBD sejak November, Desember, dan Januari ini, mengingat curah hujan cukup tinggi," beber Munawir.
Sejak saat itu, Dinas Kesehatan menggerakkan puskesmas bersama warga untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
"Nah, setelah hujan mulai turun, kami menggerakkan puskesmas mengajak warga supaya bersama-sama melakukan PSN," jelas Munawir.
Langkah terakhir dalam pencegahan DBD adalah dengan melakukan fogging. "Itu langkah terakhir kita dengan fogging, namun tidak bisa membuat jentik nyamuk mati. Itu sasarannya nyamuk dewasa," beber Munawir.
Dari hasil pantauan Dinas Kesehatan Lombok Timur, lokasi yang rentan terhadap DBD biasanya berada di perkotaan dan tempat pembuangan sampah, di mana jentik nyamuk cepat berkembang di genangan air dan sampah plastik yang menampung air hujan.
"Biasanya tempat endemis nyamuk berkembang biak berada di daerah perkotaan seperti Kota Selong dan tempat pembuangan sampah. Setelah hujan, airnya tergenang, dan sampah plastik seperti gelas mineral atau botol menampung air hujan, sehingga menjadi tempat nyamuk berkembang biak," imbuh Munawir.
Terkait indikasi seseorang terjangkit DBD, Munawir menjelaskan, sulit mengidentifikasinya karena gejalanya mirip dengan penyakit lain seperti tifoid. Namun, kepastian seseorang positif DBD dapat diperoleh melalui tes antigen NS1 atau rapid test.
"Memang agak sulit membedakan dan memastikan orang terkena DBD atau tidak, karena gejalanya mirip dengan tifoid. Sehingga satu-satunya cara adalah dengan tes NS1 atau rapid test, dan itu sudah kami bagikan ke masing-masing puskesmas," kata Munawir.
(dpw/dpw)