Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Badung, Bali, mencatat ada 4.017 kasus gigitan anjing di wilayahnya sepanjang Januari-Juni 2023. Khusus Juni saja, kasus gigitan anjing tembus 1.526 laporan.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Badung I Made Suwadera menyebut ketersediaan vaksin antirabies (VAR) di Instalasi Farmasi Kabupaten (IFK) Badung menyusut. Hal ini terjadi seiring dengan tingginya kasus gigitan hewan penular rabies (HPR).
Berdasarkan data yang dikantonginya, saat ini, tersisa 910 vial vaksin. Jika tidak ada aral melintang, Dinkes Provinsi Bali akan menambah 1.000 vial vaksin, meskipun VAR yang ada saat ini diklaim mencukupi kebutuhan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dinkes Provinsi Bali akan menambah ketersediaan VAR melalui APBD Perubahan 2023," kata Suwadera, Minggu (16/7/2023).
Lebih lanjut ia menjelaskan dari kasus gigitan anjing, terbanyak berada di Kecamatan Mengwi, yaitu 398 kasus.
Lalu, Abiansemal 372 kasus, Kuta Selatan 255 kasus, Kuta Utara 247 kasus, Kuta 147 kasus, dan paling sedikit di Petang, yakni 107 kasus gigitan anjing.
Secara bulanan, Dinkes Badung mencatat laporan gigitan anjing pada Januari 498 kasus, Februari 383 kasus, Maret 493 kasus, April 508 kasus, dan Mei 609 kasus. "Jadi, kumulatif enam bulan sudah ada 4.017 kasus," ungkap Suwadera.
Dinkes Badung sendiri membuka 14 layanan penanganan rabies di 13 puskesmas dan Rumah Sakit Daerah Mangusada, termasuk tujuh puskesmas pembantu untuk melayani warga kalau terjadi kasus darurat.
Di antaranya, di Desa Sangeh, Jimbaran, Benoa, Tanjung Benoa, Pecatu, Kutuh, dan Ungasan. Sejauh ini, Kabupaten Badung sudah mencatat satu korban jiwa yang positif rabies pada Juni lalu.
Suwadera menjelaskan warga yang tinggal di Sempidi, Mengwi, itu digigit anjing di luar Badung, namun dirawat di RSD Mangusada. "Menurut identitasnya di luar Provinsi Bali," pungkasnya.
(BIR/BIR)