Waktu menunjukkan pukul 16.00 Wita, Wayan Sandi tetap setia duduk di depan warung kelontong lokal sambil mengisap sebatang rokok, Sabtu (24/6/2023). Sejumlah kabar segar terpampang di lini masa media sosial Instagram pribadinya.
Kabar yang muncul, di antaranya terkait oknum sopir pangkalan memeras turis di depan vila kawasan Canggu, 20 Juni 2023 lalu. Kebetulan oknum itu tergabung bersama Sandi dalam satu wadah komunitas sopir angkutan lokal bernama Padang Linjong Transport.
Masih segar di ingatan, kepolisian Sektor Kuta Utara menangkap Kadek Eka P setelah video aksi peras turis Singapura viral di media sosial. Kepada polisi, pria 40 tahun itu mengaku kepepet ingin agar cepat dapat penumpang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kasus pemalakan itu seolah menunjukkan masih ada arogansi, yang mana tindakan itu diduga dilatarbelakangi himpitan ekonomi. Sudah jadi rahasia umum, bahwa sopir angkutan konvensional berselisih dengan pelaku angkutan transportasi berbasis online.
Sandi adalah warga asli Canggu, Badung. Dia sudah menjadi sopir angkutan pangkalan selama lebih dari 5 tahun. Pria berbadan agak gempal itu menceritakan, kawasan Canggu yang berkembang pesat dari pedesaan biasa menjadi kawasan wisata memberikan peluang besar bagi warga lokal membuka lahan pekerjaan baru.
Salah satunya jasa transportasi. Sejumlah warga yang punya mobil rela menyerahkan kepada warga yang mau mengoperasikan. Dengan catatan ada pembagian hasil, yakni sopir mendapat 30 persen dan sisanya ke pemilik kendaraan.
Walhasil, warga lainnya mulai mencicipi keran pariwisata dengan menjajal sopir pangkalan. Komunitas pun terbentuk dengan anggota kala itu 80 orang lebih. Mereka bukan hanya warga lokal, tapi ada penduduk luar yang bekerja di Canggu.
Seiring waktu, potensi pendapatan sopir lokal terampas dengan hadirnya angkutan berbasis online. Maklum, tamu bisa mendapat angkutan berikut tarifnya hanya dengan sekali klik di aplikasi. Para sopir pangkalan keberatan dan mulai memperhitungkan radius atau zona tarik penumpang.
"Kalau keberatan, kami sebagai pelaku pariwisata tentu keberatan. Jelas pengaruhnya ke penghasilan, jauh merosot. Penurunan pendapatan sekitar 50 persen," ungkap Sandi.
Dia menuturkan sopir pangkalan rata-rata bisa menarik penumpang maksimal dua kali sehari ke berbagai rute. Peningkatan terjadi saat musim liburan antara Juli-Agustus dan Desember-Januari, yaitu maksimal lima penumpang sehari. Jika dihitung per bulan, Sandi sebetulnya bisa mengantar tamu maksimal 20 kali sebulan.
Sandi mengaku soal tarif hanya disesuaikan atau diperkirakan sesuai jarak dan waktu tempuh serta kondisi di lapangan umpama macet. Seperti tarif menuju bandara, Kuta, Seminyak, Uluwatu dan kawasan Bali selatan lainnya rata-rata Rp 200-400 ribu.
"Paling jauh ya ke Buleleng, ke Lovina cuma Rp 600 ribu. Selisihnya tidak jauh ya karena kondisi tidak macet walaupun jauh. Kalau ke Badung selatan kan macetnya luar biasa. Sekarang satu hari tiga penumpang sudah maksimal, malah pernah tidak dapat sama sekali," keluh dia.
(hsa/nor)