SDN 3 Pekutatan Berpotensi Tergusur karena Pembangunan Tol Gilimanuk-Mengwi

SDN 3 Pekutatan Berpotensi Tergusur karena Pembangunan Tol Gilimanuk-Mengwi

I Putu Adi Budiastrawan - detikBali
Rabu, 14 Jun 2023 20:50 WIB
Kondisi pembangunan jalan Tol Gilimanuk-Mengwi di Desa Pekutatan, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana, Kamis (12/1/2023).
Foto: Kondisi pembangunan jalan Tol Gilimanuk-Mengwi di Desa Pekutatan, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana, Kamis (12/1/2023). (I Putu Adi Budiastrawan/DetikBali).
Jembrana -

SDN 3 Pekutatan, Jembrana, Bali, menjadi satu-satunya sekolah yang berpotensi tergusur karena pembangunan Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi. Kepala SDN 3 Pekutatan I Ketut Suaba mengatakan lokasi sekolah hanya beberapa meter dari area groundbreaking atau peletakan batu pertama proyek tol.

"Lokasi memang dekat dengan proyek tol ini, bahkan hanya beberapa meter dari lokasi groundbreaking atau peletakan batu pertama, jadi sangat berpotensi terdampak," ungkap Suaba dikonfirmasi melalui telepon, Rabu (14/6/2023).

Suaba menjelaskan meskipun proyek sudah berjalan, informasi mengenai pemindahan siswa atau regrouping masih belum diterima. Sehingga masih membuka penerimaan siswa baru tahun ajaran 2023/2024.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sekolah tetap akan beroperasi dan penerimaan siswa tetap dibuka sampai ada kebijakan resmi dari pemerintah," kata Suaba.

Suaba menjelaskan jumlah siswa di sekolah tersebut telah mengalami penurunan dalam lima tahun terakhir. Rinciannya jumlah siswa di SDN 3 Pekutatan yakni kelas V (3), kelas IV (5), kelas III (4), dan kelas I (3). Namun, kelas II saat ini kosong karena tidak ada siswa yang mendaftar.

Menurutnya, penurunan jumlah siswa dalam lima tahun terakhir disebabkan oleh beberapa faktor. Termasuk perpindahan penduduk yang merupakan eks karyawan Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Provinsi Bali yang telah pensiun dan pulang ke kampung halaman.

"Karena banyak yang sudah pensiun dan pulang, hasilnya ya anak-anak mereka yang masih sekolah juga ikut pindah ke sekolah di kampung halaman. Sehingga minim siswa," papar Suaba.

Disinggung mengenai kemungkinan penggabungan sekolah, Suaba menjelaskan pihak sekolah tidak memiliki kewenangan untuk mengajukan permohonan tersebut. Tugas mereka hanya menyampaikan situasi dan kondisi sekolah.

"SDN 3 Pekutatan telah berdiri sejak tahun 1963 dan telah meluluskan ribuan siswa," imbuhnya.

Suaba menegaskan selama tidak ada kebijakan resmi dari Pemerintah Kabupaten Jembrana terkait penggabungan sekolah, SDN 3 Pekutatan akan tetap beroperasi dan menerima siswa baru. Jika tidak ada siswa yang mendaftar, sekolah hanya akan melanjutkan atau meluluskan siswa yang saat ini bersekolah di SDN 3 Pekutatan.

Sementara, Kepala Disdikpora Jembrana I Gusti Putu Anom Saputra menuturkan sedang melakukan kajian terhadap dua sekolah yang direncanakan untuk digabung, yakni SDN Blimbingsari dan SDN 3 Pekutatan.

Alasan di balik rencana penggabungan kedua sekolah tersebut adalah karena SDN Blimbingsari hanya memiliki satu siswa baru pada tahun ajaran 2022/2023. Sementara, SDN 3 Pekutatan terdampak pembangunan Tol Gilimanuk-Mengwi.

Selain itu, salah satu kendala yang dihadapi adalah adanya guru dengan status Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) di SDN Blimbingsari. "Sesuai aturan, guru PPPK tidak boleh dipindah. Ini kami masih komunikasikan dengan BKPSDM untuk kelanjutannya apakah boleh atau tidak pindah ke sekolah induk nanti (setelah digabung)," jelasnya.

Anom Saputra mengakui memang beberapa tahun belakangan ini jumlah siswa yang mendaftar di dua sekolah ini semakin berkurang. Namun, pemerintah masih menunggu tahun ajaran baru 2023/2024.

"Tapi kalau dari informasi, terutama di SDN Blimbingsari memang tidak ada siswa baru," tegasnya.

Pejabat asal Kabupaten Tabanan ini mengatakan saat ini masih menunggu komunikasi dari BKPSDM ke pemerintah pusat. Setelah komunikasi tersebut ada titik terang, bakal mengambil tindak lanjut.

"Kami masih komunikasikan ke BKPSDM dan menunggu kebijakan," kata Anom Saputra.




(nor/gsp)

Hide Ads