Aksi Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) dibubarkan setelah membacakan tuntutan, pada Senin (1/5/2023) di Denpasar. Puluhan anggota AMP menggelar aksi demonstrasi di parkir timur Lapangan Niti Mandala Renon.
Aksi sempat diwarnai kericuhan saat mereka berjalan menuju Kantor Konsulat Amerika Serikat di Renon. Anggota AMP sempat diadang aparat kepolisian dan ormas Patriot Garuda Nusantara.
Mereka dipukul mundur saat hendak menyampaikan orasi di depan gedung Konsulat Amerika Serikat. "Indonesia negara demokrasi! Biarkan kami menyampaikan pernyataan sikap," teriak seluruh anggota AMP.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Massa aksi membawa sejumlah atribut yang berisi tuntutan. Salah satunya meminta penghentian segala bentuk diskriminasi dan intimidasi terhadap mahasiswa West Papua di seluruh Indonesia.
AMP juga meminta pemerintah untuk menarik militer organik dan nonorganik dari West Papua hingga membuka akses jurnalis asing dan nasional di West Papua.
Ada pula atribut bertuliskan: Indonesia Stop Etnosida, Ekosida, dan Genosida di West Papua. Tangkap, Adili, dan Penjarakan Jendral Pelanggar HAM.
Sehari sebelum aksi demosntrasi ini berlangsung, sejumlah ormas di Bali dengan tegas menolak.
Ormas tersebut, di antaranya PGN Bali, PGN Melanesia, Perguruan Sandi Murti, Anak Kolonk Bali, Demi Anak Generasi (DAG) Bali.
Wakil Perguruan Sandi Murti I Gusti Ngurah Harta mengaku siap untuk menghalau aksi besok. "Untuk menjaga NKRI kalau saya Sandi Murti ingin menghabisi mereka. Besok persiapkan diri, karena mereka juga pasti menyiapkan aksi kekerasan," kecamnya, Minggu (30/4/2023).
Ia juga menyayangkan sikap kepolisian yang justru terlihat mengawal aksi demo dengan terbitnya izin melakukan aksi demo di Kedutaan Inggris besok.
"Harusnya polisi tangkap mereka, karena kita dibilang kolonial," pungkasnya.
(efr/iws)