Bolehkah Puasa Syawal Dilaksanakan Secara Tidak Berurutan?

Bolehkah Puasa Syawal Dilaksanakan Secara Tidak Berurutan?

Ni Luh Made Yari Purwani Sasih - detikBali
Kamis, 27 Apr 2023 18:31 WIB
Ilustrasi buka puasa Ramadan.
Ilustrasi puasa. Foto: Shutterstock
Denpasar -

Sebagai umat muslim, menjalani puasa di bulan Ramadan adalah suatu kewajiban. Puasa juga merupakan sebuah keberhasilan jika bisa tetap istiqomah melanjutkan ibadahnya setelah bulan suci sekalipun, seperti puasa Syawal.

Dalam syariat Islam, kaum Muslimin dianjurkan untuk berpuasa Syawal selama enam hari secara berturut-turut, mulai 2 sampai 7 Syawal. Namun, apakah diperbolehkan melaksanakan puasa Syawal secara tidak berurutan?

Berikut penjelasannya yang telah detikBali rangkum dari laman islam.nu.or.id dan kemenag.go.id.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Amalan Puasa Syawal

Dengan menjalankan puasa Syawal, umat Muslimin akan mendapatkan pahala setara dengan melaksanakan puasa selama setahun lamanya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

Yang artinya: "Siapa saja yang berpuasa Ramadhan, kemudian dilanjutkan dengan enam hari di bulan Syawal, maka seperti pahala berpuasa setahun" (HR Muslim).

Pelaksanaan puasa Syawal sejatinya dapat diraih ketika berpuasa secara terpisah dari hari Idul Fitri. Namun, sejatinya berpuasa secara berturut-turut lebih utama.

Sebagaimana Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani dalam kitab Nihayatuz Zain menyatakan:

( و ) الرابع صوم ( ستة من شوال ) لحديث من صام رمضان ثم أتبعه ستا من شوال كان كصيام الدهر ولقوله أيضا صيام رمضان بعشرة أشهر وصيام ستة أيام بشهرين فذلك صيام السنة أي كصيامها فرضا وتحصل السنة بصومها متفرقة منفصلة عن يوم العيد لكن تتابعها واتصالها بيوم العيد أفضل وتفوت بفوات شوال ويسن قضاؤها

Artinya: "Keempat adalah (puasa sunah enam hari di bulan Syawal) berdasarkan hadits, 'Siapa yang berpuasa Ramadhan, lalu mengiringinya dengan enam hari puasa di bulan Syawal, ia seakan puasa setahun penuh.' Hadits lain mengatakan, puasa sebulan Ramadhan setara dengan puasa sepuluh bulan, sedangkan puasa enam hari di bulan Syawal setara dengan puasa dua bulan. Semua itu seakan setara dengan puasa (wajib) setahun penuh'. Keutamaan sunnah puasa Syawal sudah diraih dengan memuasakannya secara terpisah dari hari Idul Fitri. Hanya saja memuasakannya secara berturut-turut lebih utama. Keutamaan sunnah puasa Syawal luput seiring berakhirnya bulan Syawal. Tetapi dianjurkan mengqadhanya,"

Puasa Syawal boleh dilaksanakan secara tidak berurutan

Puasa sunnah Syawal memang sejatinya dianjurkan dilakukan secara berturut-turut mulai 2 hingga 7 Syawal. Namun, jika ketika dijalankan secara terpisah juga tetap memberikan keutamaan pahala puasa setahun.

Sayyid Abdullah al-Hadrami menjelaskan puasa Syawal tidak harus dilakukan dengan cara terus-menerus, dan boleh dilakukan dengan cara terpisah-pisah, yang penting semuanya dilakukan selama bulan Syawal. Dalam kitabnya disebutkan:

هَلْ يُشْتَرَطُ فَي صِيَامِ السِّتِّ مِنْ شَوَّالٍ اَلتَّوَالِي؟ اَلْجَوَابُ: اِنَّهُ لَا يُشْتَرَطُ فِيْهَا التَّوَالِي، وَيَكْفِيْكَ أَنْ تَصُوْمَ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ وَاِنْ كَانَتْ مُتَفَرِّقَةً، طَالَمَا وَقَعَتْ كُلُّهَا فِي الشَّهْرِ

Yang artinya: "Apakah disyaratkan dalam puasa Syawal untuk terus-menerus? Jawaban: sesungguhnya tidak disyaratkan dalam puasa Syawal untuk terus-menerus, dan cukup bagimu untuk puasa enam hari dari bulan Syawal sekalipun terpisah-pisah, sepanjang semua puasa tersebut dilakukan di dalam bulan ini (Syawal)." (Sayyid Abdullah al-Hadrami, al-Wajiz fi Ahkamis Shiyam wa Ma'ahu Fatawa Ramadhan, [Daru Hadramaut: 2011], halaman 139).

Dari keseluruhan uraian di atas, dapat dipahami bersama bahwa pelaksanaan puasa Syawal bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara terus-menerus dan terpisah.

Dilaksanakan secara terus-menerus berarti berurut dari 2 hingga 7 Syawal tanpa henti. Sedangkan, secara terpisah dapat dilakukan semisal pada 2 Syawal puasa, keesokan harinya tidak, kemudian 4 Syawal kembali puasa, begitu juga seterusnya.

Sepanjang masih dilakukan di dalam bulan Syawal, dua cara tersebut sama-sama mendapatkan kesunnahan puasa. Hanya saja, yang lebih utama adalah dengan cara puasa terus-menerus selama enam hari tanpa henti. Namun jika tidak bisa, maka tetap dianjurkan untuk melaksanakan puasa dengan cara terpisah.

Artikel ini ditulis oleh Ni Luh Made Yari Purwani Sasih, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(nor/nor)

Hide Ads