Seorang penumpang bernama Liliana (20) mengatakan hendak pulang ke Jakarta. Mahasiswi di salah satu universitas di Bali ini mengaku sengaja meninggalkan Bali untuk menghindari Nyepi, yang jatuh pada Rabu (22/3/2023).
"Saya mau pulang ke Jakarta karena keluarga di sana. Lebih baik pulang dulu, kebetulan kuliah juga libur," katanya, Senin (20/3/2023).
Penumpang lain bernama Fadly (27) asal Makassar, Sulawesi Selatan, juga pulang kampung untuk menghindari Nyepi. Pria yang bekerja di bidang multimedia ini, mengatakan pekerjaannya terganggu karena jaringan dibatasi selama Nyepi di Bali.
"Semua pekerjaan saya menggunakan jaringan. Karena itu, lebih baik mengungsi dahulu," ungkap Fadly. Pemprov Bali telah memastikan layanan data seluler dan Internet Protocol Television (IPTV) dimatikan saat Nyepi.
Penumpukan kendaraan dan orang yang hendak meninggalkan Bali, juga terjadi di Pelabuhan Gilimanuk. Bahkan, kemacetan panjang sejak semalam terjadi mulai dari Pasar Gilimanuk hingga masuk pelabuhan.
Kondisi ini diperparah dengan tersendatnya aktivitas bongkar muat kapal karena air laut surut. Kendaraan pribadi maupun bus pariwisata harus antre berjam-jam untuk bisa masuk pelabuhan dan menyeberang ke Pelabuhan Ketapang.
Menurut Kapolsek Kawasan Pelabuhan Gilimanuk Kompol I Dewa Putu Werdhiana terkendalanya bongkar muat kapal mengakibatkan kendaraan meluber ke Jalan Nasional Denpasar-Gilimanuk.
"Kondisi air laut yang surut membuat kapal-kapal yang bongkar muat menjadi kesulitan merapat ke dermaga. Akibatnya, proses bongkar muat menjadi lebih lama dari biasanya," ungkap Werdhiana, Selasa (21/3/2023).
Wedhiana mengatakan peningkatan jumlah kendaraan keluar Bali karena masyarakat memilih menghindari Nyepi dan pulang kampung ke Jawa. Saat ini, petugas masih melakukan rekayasa lalu lintas untuk mengurai antrean.
"Kami sudah berupaya mengatur lalu lintas dan mengurangi kemacetan di sekitar pelabuhan. Kepadatan kendaraan masih terjadi, namun karena air laut sudah mulai pasang, mudah-mudahan cepat terurai," harapnya.
(irb/gsp)