Deretan peristiwa di Bali selama sepekan ini menjadi sorotan pembaca detikBali. Ada soal foto asusila sulinggih atau pemuka agama Hindu yang viral di media sosial (medsos), kemudian maraknya turis asing bekerja secara ilegal di Bali, abrasi Pantai Kuta, hingga kasus ayam peliharaan milik warga di Jimbaran yang berujung petisi turis asing. Berikut rangkumannya.
1. Viral Foto Asusila Pemuka Agama Hindu
Foto yang memperlihatkan adegan asusila viral di media sosial. Foto tersebut jadi ramai diperbincangkan karena diduga dilakukan seorang sulinggih, orang suci yang kedudukannya dimuliakan oleh umat Hindu.
Ketua PHDI Bali Nyoman Kenak pun melakukan penyelidikan, dan terungkap sulinggih tersebut berasal dari Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kenak mengatakan ia langsung berkomunikasi dengan Ketua PHDI Buleleng I Gde Made Metera setelah mengetahui foto asusila sulinggih itu. Menurutnya, PHDI kabupaten, kecamatan, dan desa sempat meragukan foto-foto tersebut.
"Awalnya ragu sama foto-foto itu, dan dari mana sulinggih tersebut. Tapi, akhirnya terkuak itu memang salah satu sulinggih yang berasal dari Buleleng, Kecamatan Banjar," ungkapnya, Minggu (26/2/2023).
Sementara itu, Metera menyatakan sulinggih bersangkutan sudah mendapat sanksi. Dia pun sudah melepas gelarnya sebagai sulinggih.
"Sulinggih yang bersangkutan ngelukar gelung (melepas gelar kesulinggihannya). Berarti, sudah diberi sanksi oleh Nabe (guru spiritual utama) yang bersangkutan," ungkap Metera kepada detikBali, Senin (27/2/2023).
Ia juga memastikan oknum sulinggih yang viral itu tidak pernah tercatat di PHDI. Sebab, oknum sulinggih tersebut tidak melalui proses di PHDI saat madiksa alias penyucian diri lahir batin.
Ia berharap tidak ada lagi sulinggih yang mengulangi insiden tersebut. "Sulinggih ini kami sucikan. Kami hormati. Dari beliau kami mengharapkan tuntunan. Mari kita jaga kesucian sulinggih," jelas Metera.
2. SPSI Soroti Turis Asing Bekerja di Bali
Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Bali menyoroti banyaknya turis yang bekerja di Bali secara ilegal. Ketua DPD Konfederasi SPSI Bali I Wayan Madra menganggap turis yang bekerja di Bali secara ilegal justru akan menjadi bumerang bagi masyarakat lokal.
"Pada dasarnya saya tidak sepakat karena kesempatan kerja kita akan diambil semena-mena. Kami mengharapkan pemerintah tegas dan pengawasannya ketat. Ini kan penjajahan yang berperang dengan tidak menggunakan senjata namanya," ucapnya pada detikBali, Selasa (28/2/2023).
Menurutnya, jika pemerintah dapat mengambil tindakan tegas, tentunya dapat mengurangi turis-turis yang sengaja memanfaatkan visanya untuk bekerja di Bali.
Selain itu, kata Madra, sebenarnya turis yang bekerja di Bali akan memiliki keunggulan. Salah satunya, yakni penguasaan bahasa. Penguasaan bahasa menjadi peluang bagi mereka dalam menggaet keuntungan di dunia kerja.
Hal-hal semacam itulah yang menjadikan SPSI Bali khawatir akan nasib masyarakat lokal dikarenakan kian terbatasnya pasar kerja bagi mereka. Madra juga menerangkan turis yang bekerja di Bali secara ilegal sebenarnya bukanlah hal baru.
Ia mengatakan sebelum pandemi COVID-19, SPSI Bali telah mendengar guide China yang bekerja di Bali. Ada juga turis yang membuka usaha di Bali namun, menggunakan nama masyarakat lokal sebagai topeng untuk perizinan.
"Harapan saya pemerintah bisa meningkatkan pengawasan kepada orang asing yang datang ke Bali. Jangan sampai mereka datang dengan visa turis, dan ternyata mereka bekerja di sini. Di Australia, mereka (turis yang bekerja ilegal) malah diburu oleh petugas karena di sana peraturannya ketat. Sama seperti di Jepang juga," pungkasnya.
Belakangan yang juga marak dikeluhkan adalah keberadaan rental motor milik warga asing. Mereka memasang tarif miring di bawah harga pasar sehingga rental milik warga lokal kalah saing.
3. Abrasi Pantai Kuta Makin Parah
Pantai Kuta dan sekitarnya (Pantai Jerman, Pantai Legian, Seminyak, Kelan, Kedonganan hingga Jimbaran) mengalami abrasi yang cukup parah. Data terbaru dari Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali-Penida di tahun 2023, garis tepi pantainya sudah mengalami kemunduran 25-30 meter.
Kepala Satuan Kerja (Satker) OP (Operasi dan Pemeliharaan) SDA Bali Penida I Made Deni mengatakan terus mengupdate kondisi abrasi pantai di sepanjang selatan Badung yang semakin parah.
Baca juga: Abrasi Pantai Kuta Capai 30 Meter! |
"Abrasi Pantai Kuta ke utara dari posisi Pantai Jerman ke utara Pantai Kuta, Legian sampai dengan Seminyak, dari data yang ada terjadi perubahan mungkin sekitar 25-30 meter kemunduran garis pantai ini sudah terprediksi dari BBCP Fase 1," ujarnya kepada detikBali, Rabu (1/3/2023).
Made Deni menjelaskan BWS memiliki program konservasi penanganan pantai bernama BBCP (Bali Beach Conservation Project) Fase 1 yang sudah berakhir di 2009. Karena masa berlakunya sudah berakhir, maka diperlukan update kondisi penanganan yang rencananya akan segera dilakukan di 2024.
Saat ini penanganan abrasi di Pantai Kuta masih dalam proses tahapan tender. Proses itu masih sangat panjang karena harus mendapatkan rekanan yang disetujui OJK (Otoritas Jasa Keuangan) terkait bantuan yang akan diberikan.
"BBCP Fase 2 itu kami targetkan di 2024, akhir Desember. Tapi kami sedang coba proses percepatan. Masih sangat dinamis tahapan ada beberapa yang harus kita lalui, seperti pemberian persetujuan ke OJK pemberi bantuan berapa lama, mereka mengevaluasi," kata Made Deni.
4. Bule Rusia Bikin Petisi Protes Ayam Berkokok
Satuan Ketentraman dan Ketertiban (Trantib) Kuta Selatan mendapat keluhan melalui petisi dari 10 tamu warga negara asing (WNA) yang tinggal di homestay Anumaya Bay View, Jimbaran, Kuta Selatan, Badung. Petisi yang dilayangkan pada Kamis (2/3/2023) itu dikarenakan suara kokokan ayam yang mengganggu ketenangan mereka.
Kepala Seksi Trantib Kecamatan Kuta Selatan I Kadek Agus Alit Juwita mengatakan peristiwa tersebut bermula dari seorang bule Rusia keberatan ayam berkokok di tempat ia menginap, yaitu di Anumaya. Kokokan ayam tersebut dinilai berisik.
"Jadi ayamnya itu berkokok setiap hari dan dia keberatan berkokoknya itu di kala subuh (pukul 4-5 pagi), siang juga berkokok," kata Alit Juwita ditemui detikBali, Jumat (3/3/2023).
Sementara itu, pemilik atam Wayan Agus Juli (26) cuek menanggapi petisi sejumlah WNA yang tinggal di Homestay Anumana Bay View, Jimbaran, Kuta Selatan, Badung, Bali.
Agus mengaku enggan memindahkan ayam jagonya yang dia taruh di sangkar bambu itu. Sebab, ia lahir dan besar di lingkungan itu.
![]() |
"Saya nggak peduli. Saya lho udah dari zaman Belanda di sini kakek dan nenek saya," kata Agus tertawa saat ditemui detikBali di rumahnya di Jalan Kampus Unud, Pondok Mekar 2, Jimbaran, Kuta Selatan, Jumat (3/3/2023).
Agus menceritakan seorang bule asal Amerika Serikat di lingkungan itu juga sempat mengungkap keberatan dengan suara ayamnya yang berkokok setiap hari pada 2020. Namun, Agus tak begitu menghiraukan keluhan sang bule.
"Dia menemui saya ke rumah. Kalau dia ngomong, masuk telinga kanan keluar kiri. Saya nggak bisa bahasa Inggris, jadi cuma jawab yes no yes no," imbuh Agus.
(hsa/iws)