Jenazah Ni Wayan Supini, korban gempa Turki asal Bali, akan mendarat di Bandara I Gusti Ngurah Rai pada Kamis (23/2/23023) siang. Jenazah Supini akan langsung dibawa ke rumah duka di Kabupaten Klungkung.
"Jenazah akan diterima besok (Kamis), setelah itu dibawa ke Klungkung," tutur Kapolresta Denpasar Kombes Bambang Yugo Pamungkas kepada wartawan, Rabu (22/2/2023).
Jenazah Supini diberangkatkan dari Turki pada Rabu sekitar pukul 01.20 dini hari waktu setempat. Jenazah diperkirakan tiba di Bandara Soekarno Hatta pada 17.20 WIB. Kemudian diberangkatkan kembali dari sekitar pukul 10.00-12 WIB.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bambang mengatakan jenazah Supini dibawa oleh Tim Kemanusiaan Mabes Polri dari Turki hingga rumah duka di Klungkung. Setibanya di Bali, jenazah akan diterima oleh Kapolda Bali Irjen Putu Jayan Danu Putra.
Supini merupakan pekerja migran Indonesia (PMI) di Turki. Ia ditemukan meninggal di bawah reruntuhan gedung tempat tinggalnya di Diyarbakir 12 hari setelah gempa berkekuatan magnitudo 7,8 mengguncang Turki pada Senin (6/2/2023).
Kepala Balai Pelayanan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) Bali Anak Agung Gde Indra Hardiawa menyebut almarhum berangkat pada Juli 2022. Namun, Supini tak terdaftar di Siskop2mi, layanan perlindungan pekerja migran.
"Keterangan dari keluarga yang bersangkutan, almarhum menggunakan visa visit atau holiday (liburan) untuk masuk dan bekerja di Turki," ungkapnya.
I Nyoman Ranten, suami Supini, membenarkan hal tersebut. Sang istri berangkat ke Turki untuk bekerja sebagai terapis menggunakan visa liburan.
Namun, sepengetahuannya, agen dan teman yang mengajak Supini bekerja lah yang akan membantu mengurus seluruh perizinan setibanya almarhum di Turki. "Saya tidak tahu banyak masalah itu (visa). Saya dan istri menyerahkan ke pihak yang memberangkatkan," jelasnya.
Supini sempat mengikuti pelatihan sebagai terapis di Karangasem sebelum bertolak ke Turki. Belum sempat mengurus visa kerja, Supini malah menjadi korban dari puluhan ribu korban gempa Turki.
Ranten mengaku terakhir berkomunikasi sehari sebelum gempa terjadi pada Minggu (5/2/2023). Ia dan ketiga anak-anaknya melakukan komunikasi lewat video call. Dari sana, Ranten tidak pernah mendengar lagi suara sang istri yang dikenalnya pekerja keras.
(BIR/nor)