Kasus demam berdarah dengue (DB) di Kabupaten Tabanan, Bali, mengalami lonjakan sejak awal 2023. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Diskes) Tabanan sepanjang 2023 tercatat ada 72 kasus.
Catatan itu menunjukkan lonjakan kurang lebih lima kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pada Januari 2022, jumlah kasus DBD tercatat hanya 13 kasus.
"Sangat jauh meningkatnya. Januari 2022 ada 13 kasus, Januari 2023 ada 72 kasus," jelas Kepala Diskes Tabanan, dr I Nyoman Susila, Rabu (8/2/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: 10 Juta Nyamuk Wolbachia Ditebar di Denpasar |
Ia menyebutkan kemunculan kasus DBD di Tabanan merata di setiap kecamatan. Terkecuali Kecamatan Selemadeg Barat (Selbar) yang sejauh ini nihil catatan kasus.
Bila diurai untuk setiap wilayah, kemunculan DBD pada Januari 2023, paling tinggi tercatat di Kecamatan Kediri sebanyak 20 kasus, Tabanan sebanyak 13 kasus. Kemudian Marga sebanyak 12 kasus dan Penebel sebanyak 11 kasus.
Berikutnya di Kecamatan Kerambitan dan Selemadeg Timur jumlahnya sama, masing-masing lima kasus. Selanjutnya Selemadeg sebanyak tiga kasus, Pupuan sebanyak dua kasus, dan di Baturiti sebanyak satu kasus.
Menyikapi lonjakan kasus DBD tersebut, Dina Kesehatan Tabanan telah mengambil tindakan antisipasi. Salah satunya dengan melakukan fogging atau pengasapan meskipun efektivitasnya rendah.
"Terakhir fogging di tiga lokasi di Kecamatan Marga dan Kediri. Sisanya di tempat lain kami dorong pelaksanaan PSN (pemberantasan sarang nyamuk)," imbuh mantan Direktur RSUD Tabanan ini.
Ia menegaskan PSN sejauh ini lebih efektif mengantisipasi kemunculan DBD dibandingkan fogging. Sebab, fogging hanya efektif untuk membasmi nyamuk dewasa.
"Kalau PSN kan ke sarang nyamuknya. Jadi yang dibasmi termasuk jentiknya. Kalau fogging hanya membasmi nyamuk dewasa saja," sebut dr Susila.
Ia menambahkan faktor cuaca belakangan ini turut memengaruhi kemunculan kasus DBD di Tabanan. Terlebih musim penghujan masih berlangsung sampai dengan sekarang.
Sehingga, lanjut dr Susila, potensi kemunculan DBD masih akan terjadi sepanjang langkah antisipasi tidak diterapkan. Bila berkaca pada pengalaman tahun 2022, puncak kemunculan DBD terjadi pada April.
"Tahun lalu itu meningkatnya waktu April. Jadi untuk mengantisipasinya, setiap rumah tangga mesti menjaga lingkungan rumahnya dengan melakukan PSN," pungkasnya.
(irb/bir)