Lihadnyana menduga peningkatan kasus DBD dipicu oleh musim hujan. "Kasus DBD di Buleleng mencapai 101 pada Januari 2023. Data ini meningkat dibandingkan rata-rata tahun lalu," ujarnya, Jumat (3/2/3023).
Untuk menekan penyebaran kasus DBD, Pemprov Bali bersama World Mosquito Program (WMP), Pemerintah Australia, dan Gillespie Family Foundation melakukan proyek percontohan di Buleleng menggunakan teknologi wolbachia.
Baca juga: 10 Juta Nyamuk Wolbachia Ditebar di Denpasar |
Wolbachia adalah inovasi teknologi yang mengandalkan bakteri yang terdapat dalam tubuh serangga, terutama nyamuk. Sehingga, bila nyamuk aedes aegypti menghisap darah yang mengandung virus dengue, maka tak akan menyebar ke tubuh manusia.
Lihadnyana berharap wolbachia mampu menurunkan kasus DBD tahun ini. "Kami menyambut baik inovasi ini. Mudah-mudahan bisa dilakukan secara nyata di Buleleng. Setelah ini kami harapkan kasus menurun," terang dia.
Inovasi ini dikembangkan WMP dengan memasukkan bakteri wolbachia ke dalam nyamuk aedes aegepty. Selanjutnya nyamuk yang telah berisi bakteri wolbachia akan dilepas pada lingkungan untuk selanjutnya berkembang biak.
Nyamuk jantan biasa jika kawin dengan nyamuk betina berbakteri wolbachia tidak akan bisa berkembang biak. Sebaliknya, jika nyamuk jantan yang berbakteri wolbachia, maka bakal menghasilkan larva nyamuk bakteri wolbachia.
Dengan menekan jumlah nyamuk aedes aegepty yang tidak berbakteri, wolbachia diyakini mampu menurunkan kasus demam berdarah.
Namun, Lihadnyana mengingatkan sosialisasi secara masif mesti dilakukan agar mempercepat program pengendalian. Lihadnyana menegaskan agar cepat tanggap dalam menangani kasus demam berdarah.
"Saat ini, mengundang dari tingkat kabupaten, kecamatan, hingga desa adat. Jangan tunggu sampai ada yang meninggal," tukasnya.
(BIR/nor)