Agitasi adalah salah satu kondisi yang melibatkan perasaan. Pada awal gejala agitasi, kondisinya mungkin terlihat normal atau biasa saja, dapat dialami siapa saja. Namun, ketika gejala tersebut terjadi terus-menerus, kondisi tersebut dapat menandakan agitasi bisa jadi kondisi lebih serius.
Untuk itu, penting untuk mengenal agitasi lebih lanjut, mulai dari gejala, penyebab, hingga cara mengatasinya.
Apa itu agitasi? Simak artikel berikut ini!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengertian Agitasi
Agitasi adalah perasaan jengkel, terganggu, gelisah, hingga gugup yang dapat disebabkan oleh tindakan, kata-kata serta peristiwa yang baru saja dialami, seperti dilansir dari situs Healthline. Pada sejumlah kasus, agitasi dapat terjadi tanpa alasan yang jelas.
Pasalnya, perasaan gelisah dari waktu ke waktu adalah suatu hal yang wajar. Hal ini bisa juga dianggap sebagai respons terhadap stres akibat pekerjaan atau sekolah. Namun, hal ini bisa juga menjadi tanda dari kondisi medis atau kesehatan mental yang mendasarinya. Perasaan gelisah yang berkepanjangan atau terjadi terus-menerus tentu bukanlah kegelisahan biasa.
Penyebab Agitasi
Penyebab agitasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu penyebab umum dan kondisi medis. Penyebab umum agitasi adalah berikut ini:
- Stres akibat kerja
- Stres sekolah
- Merasa sakit
- Kelelahan
- Peer pressure atau adanya tekanan dari teman
- Kesedihan.
Sementara itu, kondisi medis yang dapat menyebabkan agitasi meliputi:
- Kecemasan atau gangguan suasana hati, seperti depresi atau gangguan bipolar
- Kondisi yang menyebabkan ketidakseimbangan hormon, seperti hipotiroidisme
- Ketergantungan atau kecanduan alkohol
- Autisme
- Gangguan neurologis (seperti tumor otak).
Gejala dari Agitasi
Agitasi dapat ditunjukkan dengan gejala-gejala tertentu. Mengutip situs Medical News Today, gejala agitasi adalah:
- Ledakan kemarahan
- Perilaku yang mengganggu atau impulsif
- Berbicara atau bergerak secara berlebihan
- Kesulitan duduk diam
- Kesulitan dengan fokus atau melakukan percakapan
- Mondar-mandir atau kaki terus bergerak
- Ketegangan, kecemasan, dan mudah tersinggung
- Mengepalkan tangan atau meremasnya.
Perlu diketahui juga, gejala agitasi dapat terjadi pada orang depresi. Secara umum, gejala agitasi pada orang depresi dapat dirasakan setidaknya selama dua minggu.
Gejala-gejala yang telah disebutkan dapat muncul secara tiba-tiba atau dari waktu ke waktu. Jika agitasi mengarah pada perilaku impulsif atau agresif, hal ini dapat membahayakan orang tersebut atau orang lain.
Agitasi yang sering terjadi dapat mempengaruhi:
- Hubungan sosial
- Kinerja di pekerjaan atau sekolah
- Kesehatan dan keselamatan secara keseluruhan.
Dampak dari Agitasi
Perasaan gelisah dan ketidaknyamanan yang kuat dari orang dengan agitasi dapat mempengaruhi berbagai hal, baik kegiatan di rumah, sekolah, atau tempat kerja. Sering kali, hal ini secara signifikan mengganggu kehidupan sehari-hari hingga merusak kemampuan untuk mencapai tujuan tertentu. Dampak agitasi adalah berikut ini, seperti dikutip dari dbsalliance.org:
1. Hubungan Sosial
Sikap yang dialami pengidap agitasi dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada sekitar, bahkan bagi teman dan anggota keluarga sekalipun. Akibatnya, hubungan yang ada dapat berpotensi retak atau terganggu.
2. Pekerjaan atau Sekolah
Keadaan gelisah akibat agitasi mencegah seseorang untuk fokus atau berkonsentrasi. Menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan pekerjaan atau akademis sering kali terasa mustahil. Percakapan dengan rekan kerja atau atasan pun sering kali menjadi menegangkan. Akhirnya, mereka yang menghadapi agitasi akan terlihat sebagai seseorang yang tidak bisa diandalkan.
3. Kesehatan
Orang yang memiliki agitasi adalah orang yang cenderung tidak bisa hidup tenang di malam hari. Kurangnya waktu tidur yang diakibatkannya dapat membuat kondisi mereka lebih buruk dan menyebabkan masalah medis lainnya. Selain itu, mereka mungkin memiliki kesulitan untuk menjelaskan gejala mereka secara akurat dan riwayat kesehatan mereka kepada dokter mereka, yang membuat diagnosis dan perawatan suasana hati mereka menjadi lebih sulit dilakukan. Akhirnya, beberapa penelitian menunjukkan orang dengan agitasi memiliki risiko bunuh diri yang lebih tinggi.
Banyak orang dengan agitasi menjadi impulsif dan bertindak tanpa mempertimbangkan konsekuensinya. Dalam situasi tertentu, hal ini dapat menyebabkan tindakan melawan hukum. Bahkan, pengobatan untuk agitasi terkadang dapat menimbulkan situasi bahaya.
Jika seseorang dengan agitasi mengancam diri mereka sendiri atau orang lain, ia dapat ditahan, disuntik dengan obat penenang atau diperlakukan dengan cara paksaan yang menimbulkan cedera.
Cara Mengatasi Agitasi
Agitasi pada dasarnya masih bisa diatasi. Namun, cara mengatasinya dapat berbeda-beda, tergantung pada penyebabnya. Cara mengatasi agitasi berdasarkan penyebabnya yaitu:
1. Stres
Untuk meredakan kegelisahan yang disebabkan oleh stres, agitasi dapat diatasi dengan:
- Latihan pernapasan dalam
- Yoga
- Olahraga
- Rujukan ke psikoterapis.
2. Kesehatan Mental
Jika didiagnosis dengan gangguan kecemasan atau gangguan suasana hati, dokter dapat merekomendasikan obat-obatan, terapi, atau kombinasi keduanya untuk mengobatinya. Selama sesi terapi, Anda dapat membicarakan gejala-gejala yang dialami dan mengembangkan strategi untuk mengatasinya.
3. Ketidakseimbangan Hormon
Jika didiagnosis dengan suatu kondisi yang mempengaruhi hormon, dokter dapat meresepkan terapi penggantian hormon atau obat lain untuk mengobatinya. Mereka juga dapat merujuk Anda ke spesialis hormon, yang dikenal sebagai ahli endokrin.
4. Tumor Otak
Untuk seseorang yang didiagnosis tumor otak, rencana penanganan yang direkomendasikan dapat berupa kemoterapi hingga pembedahan. Namun, pada sejumlah kasus yang terlalu berbahaya, dokter juga dapat memilih untuk memantau pertumbuhannya saja.
Itulah artikel terkait agitasi. Singkatnya, agitasi adalah kegelisahan yang timbul karena hal tertentu yang bisa juga tanpa alasan. Penyebabnya beragam dan dapat diatasi sesuai dengan penyebab yang mendasarinya.
(khq/fds)