Pelajar kelas 12 itu mengaku awalnya hanya iseng-iseng membangun bisnis madu kele bernama Putra Bee Farm. Tak disangka, peminat madu kele ternyata cukup banyak sehingga ia pun meraup cuan. "Panennya itu 6 bulan sekali, kali ini hampir 13 liter," kata Redi kepada detikBali, Sabtu (7/1/2022).
"Harga jualnya 1 mili itu Rp 1.000. Jadi kalau dikali seribu, penghasilannya itu Rp 13 juta per 6 bulan," imbuhnya.
Redi menjelaskan, lebah trigona atau yang kerap disebut kele-kele merupakan jenis lebah yang ukuran tubuhnya lebih kecil dibanding lebah jenis lainnya. Kele-kele juga mampu menghasilkan cita rasa madu yang khas: ada asam, manis, dan sedikit kecut.
Selain itu, bentuk sarang lebah kele-kele juga berbeda dengan lebah madu pada umumnya yang berbentuk spiral. Sarang kele-kele tercecer seperti buah anggur yang diselimuti dengan propolis.
"Teknik budidaya lebah kele dan lebah madu biasanya itu sangat berbeda. Kemudian juga hasil madunya berbeda, rasa madu kele itu berbeda dari lebah nyawan yang rasanya itu manis dengan tekstur yang kental seperti jeli," imbuhnya.
Menurut Redi, salah satu tantangan dalam budidaya lebah kele adalah mengatasi hama seperti semut dan cicak yang sering kali hinggap di sarang kele-kele. Itulah sebabnya, perlu perawatan ekstra agar kele-kele tidak mati ataupun kabur dari sarangnya.
Redi mengaku sudah memiliki rencana untuk mengembangkan bisnis madu kele untuk skala yang lebih besar. "Saat ini juga sudah masuk ekowisata di Desa Les atau disebut Agro Wisata Putra Bee Farm," pungkasnya.
(iws/hsa)