Berkat Cacing Kopi Specialty Asal Ciwidey Melanglangbuana ke Luar Negeri

Berkat Cacing Kopi Specialty Asal Ciwidey Melanglangbuana ke Luar Negeri

Tim detikJabar - detikJabar
Sabtu, 08 Feb 2025 07:00 WIB
CEO Grav Farm Indonesia R Yugian Leonardy
CEO Grav Farm Indonesia R Yugian Leonardy (Foto: Wisma Putra/detikJabar)
Bandung -

Sebungkus plastik transparan, berisikan biji kopi dan dipasang stiker sampel kopi berwarna putih bergaris biru ditunjukan R Yugian Leonardy. CEO Grav Farm Indonesia ini menunjukkan sampel green bean yang dilelang pada tahun 2017 lalu dengan harga tertinggi Rp.2.005.000,- per Kg dalam lelang Kopi Specialty Indonesia yang diselenggarakan SCAI.

Kopi specialty asal Ciwidey, Kabupaten Bandung berhasil memecahkan rekor kopi termahal di Indonesia dan dunia pada saat itu. Sejak kemenangan itu, kopi Grav Farm Indonesia yang memiliki home base di wilayah Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey ini dikenal dunia. Spesialis kopi specialty ini setiap tahunnya melakukan ekspor ke sejumlah negara di Eropa, Asia hingga Amerika.

detikJabar berkesempatan berkunjung ke tempat produksi kopi Grav Farm Indonesia dan bertemu langsung dengan R Yugian Leonardy. Dalam perbincangannya, Yugian mengatakan, jika kopi yang diproduksinya mulai diekspor pada tahun 2018 lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"2015 kita mulai belajar pemrosesan. Kalau awalnya sih di daerah sini Lebak Muncang. Tapi, setelah 2015 itu kita mulai ke Kertasari, Gunung Wayang. Nah, di sana kita ada sekitar 50-60 hektaran," kata Yugian membuka perbincangan dengan detikJabar, Jumat, 7 Februari 2025.

Seiring waktu berjalan, Grav Farm Indonesia memiliki lahan seluas 150-200 hektar yang ditanami kopi. Selain di Kabupaten Bandung Yugian juga melebarkan sayap ke sejumlah daerah lainnya di Jawa Barat.

ADVERTISEMENT

"Akhirnya, sekarang tidak hanya di Kabupaten Bandung ada juga di Ciamis, ada juga di Tasikmalaya hingga Manglayang dengan jumlah petani sebanyak 236 orang," ujarnya.

Berawal Dari Lelang Kopi Hingga Ekspor

CEO Grav Farm Indonesia R Yugian LeonardyCEO Grav Farm Indonesia R Yugian Leonardy Foto: Wisma Putra/detikJabar

Tak hanya menang lelang kopi termahal di Indonesia dan dunia di tahun 2017 silam, kopi specialty Ciwidey ini juga pecahkan Rekor MURI dan setelah itu kopi yang diproduksi Yugian ini semakin dikenal, bahkan banyak diekspor ke negara-negara yang ada di Eropa, Asia hingga Amerika.

"Tahun 2017 kita dapat MURI dengan harga Rp.2.005.000,- per Kg, kita dinobatkan sebagai kopi termahal dan tertinggi. Sampai sekarang masih termahal," tuturnya.

Menurut Yugian ada tiga jenis kopi hasil produksi di kebunnya, di antaranya grade specialty, premium dan komersial. Kopi specialty memiliki nilai 80 ke atas, premium 70 ke atas dan komersial 60 ke atas. Menurutnya untuk kopi specialty merupakan jenis kopi yang diekspor ke luar negeri.

"Mulai ekspor sejak 2018 ke Slovakia dan Jepang. Kita bukan kerjasama tapi pembelinya langsung datang kesini. Pertama ke Slovakia, baru ke Jepang di tahun yang sama, terus ke Jerman, lalu bersama BRI ke Amsterdam," ujarnya.

"Amerika juga masih. Tahun 2024 ke Amsterdam kapasitasnya gak banyak karena Amsterdam itu continuenya, setiap pengiriman sekitar 1 tonan, tapi jenisnya speciality," tambahnya.

Selain itu, Yugian menyebut pengiriman kopi ke Filipina pengirimannya cukup tinggi, apalagi pihaknya sudah bekerjasama dengan baik dan menjadikan Filipina sebagai hub. Terbaru dua pallet atau sekitar 1,2 ton kopi specialty dikirim ke negara tersebut.

"Awal tahun 2025 sudah dua kali ke Jepang dan Amsterdam, Jepang cuma 2,5 ton dan Amsterdam cuma 1 pallet atau 600 Kg. Itu ada yang kerjasama ada juga yang buyernya datang langsung," jelasnya.

Berkat Cacing Kopi Ciwidey Langganan Ekspor

CEO Grav Farm Indonesia R Yugian LeonardyCEO Grav Farm Indonesia R Yugian Leonardy Foto: Wisma Putra/detikJabar

Tidak hanya tumbuh dan bisa dipanen, kopi specialty yang ada di kebun Grav Farm Indonesia dirawat dengan treatment terbaik oleh Yugian. Selain itu, dalam perawatannya Yugian tak menggunakan pupuk kimia sedikitpun untuk pohon-pohon kopi yang ada di kebunnya.

"Lebih banyaknya justru kita pake waste ini ya pake kaskaranya (kulit kopi sebagai pupuk), pakai gabahnya, kita gak mau pake pake yang fertilizer yang memang chemical, kita gak pake itu," ujarnya.

Disinggung mengapa pihaknya tidak menggunakan pupuk kimia, karena Yugia memiliki pengalaman produk kopi miliknya di-banned saat diekspor ke Jepang.

"Ketahuannya pas mereka cek di lab mereka, akhirnya untuk ekspor ada tipe-tipe specialty-nya jadi mendingan jangan (pakai pupuk kimia)," tuturnya.

"Lagian sebenarnya menurut saya, di Indonesia dipupukin yang pengen bukan tanaman, yang pengen perusahaan pupuk. Jadi saya gak pakai paradigma pupuk itu," ujarnya.

Dalam hal ini, Yugian menggunakan pupuk alami dari limbah kopi ini sendiri hingga dia menggunakan pupuk kotoran cacing atau yang disebut kascing.

"Cacing ini diberi makan sampah kopi, saya campurin sama gabah nanti cacing dan kascingnya dipisah dan yang dijadikan pupuk itu adalah kascingnya," tuturnya.

Menurut Yugian, untuk membuat pupuk kascing cukup mudah, dia hanya menggunakan plastik boks yang dilapisi bekas plastik spanduk, di dalam boks itu terdapat cacing yang diberi makan limbah kopi. Setelah limbah kopi di makan cacing, kotorannya dipisahkan dan nantinya kascing itu yang digunakan untuk pupuk.

"Pupuk dari cacing tuh enaknya, cacing 10 kilo, kita kasih makan dia 10 kilo, maka akan menghasilkan 10 kilo lagi tiga Minggu kemudian dan cacingnya juga bertelur lalu beranak pinak, nanti cacing yang kecil dipisahkan dan juga diberi makan dan nantinya akan menghasilkan kascing," tuturnya.

"Kascing ini perbulan kami produksi 1,2 ton, pos-pos jauh kita buatkan tempat dan petani-petani ini juga kita latih membuat kascing ini. Treatment setiap petani beda-beda ya," tambahnya.

Kolaborasi Bersama BRI

CEO Grav Farm Indonesia R Yugian LeonardyCEO Grav Farm Indonesia R Yugian Leonardy Foto: Wisma Putra/detikJabar

Dalam menjalankan usahannya Yugian juga disupport perbankan pelat merah yakni Bank BRI, dalam perjalanannya Grav Farm Indonesia dibantu dalam proses promosi dan dibawa dalam pameran-pameran di dalam dan luar negeri.

"Support perbankan, ada juga support di eksibisi misal kita dipromosikan ke luar negeri, alat pertanian tidak, lebih ke promosi, ke Chicago dan terakhir BRILian Preneur di Jakarta," tuturnya.

Saat berkunjung ke Chicago, Yugian sebut jika warga di sana tidak percaya kopi terbaik di dunia ada di Indonesia.

"Pada dasarnya mereka nggak pernah percaya Indonesia mempunyai komoditas kopi yang bagus, mereka kaget kok bisa ada kopi seperti ini, sama seperti teori marketing mobil merah, karena dia tidak banyak bergaul dengan Indonesia," terangnya.

Sementara itu, Regional CEO BRI Bandung Sadmiadi mengatakan, BRI Regional Office Bandung sudah memiliki 867 klaster usaha binaan. "Membina Klaster Usaha yaitu community approach dengan memberikan pembinaan literasi bisnis dan digital kepada kelompok usaha yang terbentuk berdasarkan kesamaan usaha dalam satu wilayah," ujarnya.

Dalam pemberdayaannya, BRI mendorong para pelaku UMKM naik kelas melalui LinkUMKM yang merupakan Platform Pemberdayaan Digital.

"Tujuannya untuk meningkatkan kapabilitas UMKM Indonesia melalui program terintegrasi yang dapat diakses melalui website dan aplikasi. Terdapat scoring assessment untuk penilaian UMKM naik kelas dimana terdapat 200.591 UMKM naik kelas di BRI Regional Office Bandung," paparnya.

Selain itu, BRI juga mendorong para pelaku UMKM untuk go global di mana produknya dapat dipasarkan ke luar negeri. "BRI juga berperan aktif membina UMKM melalui Rumah BUMN untuk pengembangan UMKM go modern, go digital, go online dan go global," pungkasnya.

(yum/yum)


Hide Ads