Teka-teki Kematian Mahasiswi Aussie Mulai Terungkap: Sempat Minta Pelukan

Badung

Teka-teki Kematian Mahasiswi Aussie Mulai Terungkap: Sempat Minta Pelukan

Tim detikNews - detikBali
Rabu, 21 Des 2022 13:28 WIB
Polisi Bali PeriksaTujuh Saksi Terkait Kematian Misterius Mahasiswi Australia
Polisi Bali PeriksaTujuh Saksi Terkait Kematian Misterius Mahasiswi Australia. Foto: ABC Australia
Badung - Misteri kematian mahasiswi asal Perth, Australia di Bali sedikit demi sedikit mulai terungkap. Mahasiswi bernama Niamh Finneran Loader (25) dilaporkan meninggal dunia usai melakukan perawatan gigi.

Dikutip dari detikNews, polisi telah melakukan pemeriksaan terhadap dua orang saksi akhir pekan lalu. Kedua saksi itu bertemu dengan Niamh sebelum ditemukan meninggal dunia pada 2 Desember 2022.

Kedua saksi itu adalah dari Two Guns Tatto dan dokter Kuta Dental. Kedua saksi disebutkan telah kooperatif saat dimintai keterangan oleh kepolisian.

"Kami telah melakukan pemeriksaan dua saksi dari Two Guns Tattoo studio pada tanggal 16 Desember dan dokter dari Kuta Dental pada tanggal 17 Desember," ujar Kapolresta Denpasar AKBP Bambang Yugo Pamungkas yang dilansir dari ABC Indonesia.

AKBP Bambang Yugo Pamungkas mengatakan hingga saat ini keluarga Niamh hanya menuntut kejelasan "apa penyebab kematian anaknya."

"Makanya kita fokus pada hasil otopsi ... nanti kita sampaikan semua (mulai dari) hasil otopsi, olah TKP (tempat kejadian perkara), dan pemeriksaan saksi-saksi."

Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, diketahui Niamh terakhir kali mendatangi klinik gigi dan studio tato pada tanggal 1 Desember atau sebelum ditemukan tewas di sebuah kamar hotel.

Sempat Minta Pelukan ke Dokter Gigi

ABC Indonesia menghubungi Dokter Syamsiar Adam, dokter gigi yang menangani Niamh saat ia di Bali. drg Syamsiar membenarkan jika ia diperiksa di Polsek Kuta, Sabtu kemarin (17/12/2022) sehubungan dengan kematian pasiennya.

drg Syamsiar bergelar 'Master of Implantology and Prosthetic' dari Genoa University di Italia, tercatat sebagai anggota Ikatan Peminat Kedokteran Gigi Implan Indonesia di bawah Persatuan Dokter Gigi Indonesia, serta mengaku sudah 23 tahun berpraktik sebagai spesialis gigi di Bali.

Menurut drg Syamsiar, Niamh pertama kali mengunjungi kliniknya pada 2020 dan menjalani perawatan bersama dengan ayahnya, atas rekomendasi sepupu Niamh.

"Januari 2020 itu saya pasangkan implant dan temporary dental crown," kata drg Syamsiar kepada Hellena Souisa, jurnalis ABC Indonesia.

"Harusnya dia kembali lagi ke Bali 5 6 bulan setelahnya, tapi karena pandemi, dia enggak bisa terbang ke sini." lanjutnya.

drg Syamsiar mengatakan kedatangan Niamh akhir November lalu adalah untuk menyelesaikan perawatan yang sudah dimulai sejak dua tahun lalu.

"Dia pertama datang pada 28 November jam satu siang untuk mencetak gigi dan scaling, setelah itu dia pulang." jelasnya.

"Karena dia bilang akan pulang tanggal 2 Desember, jadi kami janjian tanggal 1 Desember jam 2 siang untuk dia kembali saya janjikan gigi dan crown-nya sudah siap." tambahnya

drg Syamsiar menceritakan Niamh memenuhi janjinya datang lagi ke kliniknya sesuai jadwal untuk menyelesaikan pengerjaan dan perawatan giginya. Ia mengatakan tidak ada obat-obatan apa pun yang diberikan kepada Niamh saat itu.

"Enggak ada minum obat, enggak ada suntikan, tidak ada tindakan operasi yang berpotensi menimbulkan alergi atau keracunan, atau yang lain jadi saya rasa tidak ada kemungkinan kejadian (kematian) ini dari (perawatan di) klinik kami," tegasnya.

Tapi drg Syamsiar selalu ingat permintaan terakhir Niamh sebelum meninggalkan klinik. "Dia bilang: 'boleh enggak saya peluk kamu? Mungkin saya tidak akan kembali lagi'... jadi ya saya peluklah dia," kata Syamsiar.

"Saat itu saya cuma menjawab, 'aduh kok kamu kurus banget, kelihatannya kamu harus menaikkan berat badan kamu deh'," tutur drg Syamsiar.

Ia mengatakan turut sedih dan terpukul atas meninggalnya Niamh karena selama ini ia punya hubungan yang baik dengan semua pasiennya yang sudah dianggapnya sebagai keluarga sendiri.

"Saya juga sempat tanya ke dia, kamu ada rencana jalan-jalan ke mana saja selama di Bali, tapi dia jawab enggak mau ke mana-mana dan hanya mau membaca saja," tutupnya.

Sempat membuat tato di Bali

AKBP Bambang Yugo Pamungkas mengatakan polisi juga memeriksa pihak Two Guns Tattoo pada 16 Desember lalu.

"Jadi memang betul, yang bersangkutan korban tanggal 1 Desember sekira pukul 17.00 WITA membuat tato di lengannya."

ABC kemudian menghubungi studio tato yang disebutkan polisi. Salah satu staf Two Guns, yang tidak ingin disebutkan namanya, membenarkan kedatangan Niamh untuk membuat tato ke studio tersebut.

"Tato kecil, tulisan and miles to go (jadi pengerjaannya) enggak lama."

ABC juga sempat melihat rekaman CCTV saat Niamh mendatangi studio tato tersebut bersama seorang pria dengan perawakan seperti orang Indonesia. Saat ABC menanyakan kepada polisi siapa laki-laki tersebut dan apakah dia juga sudah diperiksa, AKBP Bambang Yugo Pamungkas mengatakan polisi masih menyelidiki identitas laki-laki tersebut.

"Kita masih mencari [identitasnya], masih kita selidiki ... dan kita juga masih fokus menunggu hasil otopsi."

Turis ke Bali untuk perawatan

Banyaknya turis, termasuk warga Australia, pergi ke Bali untuk mendapatkan perawatan kesehatan disebabkan biayanya yang relatif lebih murah dibandingkan di Australia. Pemerintah Indonesia menyadari potensi 'health tourism' secara umum di Bali, karenanya sudah mencanangkan Bali sebagai destinasi wisata berbasis kesehatan sejak tahun 2021.

"Health tourism ini sangat besar potensinya, dan Bali sekarang diproyeksikan untuk menjadi destinasi unggulan untuk health tourism. Kami secara overall mempersiapkan destinasi pariwisata kesehatan dengan logo branding Indonesia health tourism," kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, November lalu.

"Di forum B20 rencana pengembangan Bali sebagai destinasi berbasis kesehatan telah disosialisasikan dengan beberapa unggulan. Untuk itu, Kemenparekraf terus berkolaborasi dengan Kementerian Kesehatan, dan kementerian lembaga lainnya."

drg Syamsiar mengatakan meskipun harga perawatan gigi lebih murah dibanding negara-negara barat, bukan berarti kualitas dokter gigi di Indonesia tidak sebaik negara lain.

"Saya pikir mereka yang datang ke Bali bukan sekadar mencari dokter yang asal murah saja, tapi lebih mencari perawatan yang terjangkau."

"Kami juga menjaga (SOP) Standard operating procedures kami dan kualitas kerja dan pelayanan kami kepada pasien, kami tidak sembarangan," ujarnya.


(nor/dpra)

Hide Ads