Proses pembangunan Jalan Tol Jagat Kerthi Bali atau Tol Gilimanuk-Mengwi masih dalam tahap perataan lahan. Warga di Banjar Sumbermis, Desa Pekutatan, Kecamatan Pekutatan, Jembrana, hanya jadi penonton dari pembangunan jalan bebas hambatan tersebut.
Salah seorang warga yang enggan disebutkan namanya mengaku warga setempat sebenarnya ingin dilibatkan dalam proses proyek pembangunan itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Tumbang Pohon karena Tol |
"Sepengetahuan saya paling ada sekitar 5 orang warga yang bekerja di sana (proyek Tol), itupun jadi tukang patok dan ukur saja," ungkapnya kepada detikBali, Kamis (8/12/2022).
"Harus punya orang dalam baru diajak. Ya kalau jadi sopir alat berat atau truk kan sudah pasti tidak bisa, masih banyak pekerjaan yang bisa dilakukan warga di sini. Apalagi ini pembangunan besar," imbuhnya.
Pantauan di lokasi, perataan lahan masih dilakukan di wilayah grounbreaking tepatnya di Banjar Sumbermis, Desa Pekutatan, Kecamatan Pekutatan. Pohon karet dan kelapa di sekitar lahan itu juga sudah ditebang. Ternyata itu pula yang menjadi alasan warga agar dilibatkan dalam proyek pembangunan jalan tersebut.
"Terlebih warga di sini awalnya kan menggantungkan hidupnya di lahan karet. Sekarang sudah ditebang semua, mereka menganggur," imbuhnya.
Informasi yang dihimpun, pengerjaan perataan lahan Tol Jagat Kerthi Bali Gilimanuk-Mengwi ini sudah mencapai 4 kilometer dari lokasi grounbreaking ke arah timur sampai di Banjar Koprahan, Desa Pekutatan. Tampak alat berat seperti eskavator juga masih dikerahkan di kawasan tersebut.
Tunggu Pembebasan Lahan
Warga lainnya, Nengah Nutya (68) menjelaskan hingga kini dirinya masih belum mendapat informasi mengenai pembebasan lahan milik warga terkait pembangunan Tol Gilimanuk-Mengwi. Nutya juga belum mendapat kepastian kapan pembangunan di lahan warga.
"Tidak ada sosialisasi lagi, kita tunggu saja seperti apa, saat ini juga masih perataan lahan di areal tanah negara," jelas Nutya.
Nutya berharap pemerintah segera memberi kejelasan soal pembebasan lahan warga jika proyek tol ini terus berlanjut hingga ke lahan warga. Jangan sampai, kata dia, informasi ke warga justru disampaikan dadakan.
"Kalau dadakan kita mau berpikir untuk pindah kan tidak bisa, itu juga harus dipikirkan sebelumnya. Terlebih rumah satu-satunya saya ini yang terkena jalur," imbuhnya.
Warga lain Ida Bagus Kade Diarma (27) juga mengatakan belum jelasnya kepastian pembebasan lahan milik warga setempat. Padahal pengerjaan tol tersebut sudah berlangsung dua bulan di wilayah Kecamatan Pekutatan.
"Gabeng (tidak jelas, red.) kalau informasi, kami warga kan memerlukan kepastian pembebasan lahan, mengenai jumlah ganti rugi, dan lain-lain," ujar pria asal Desa Batuagung, Kecamatan Jembrana, itu.
"Pada saat sosialisasi memang disebutkan akan ada ganti untung, namun ganti untung yang bagaimana?" tandasnya.
Untuk diketahui, groundbreaking pembangunan Jalan Tol Jagat Kerthi Bali Gilimanuk-Mengwi sepanjang 96,84 km sudah dilakukan oleh Menteri PUPR Basuki Hadimuljono didampingi Gubernur Bali Wayan Koster pada 10 September 2022. Proyek ini ditargetkan rampung pada 2025 mendatang.
Jalan bebas hambatan ini dikerjakan dalam 3 tahap. Adapun tahap I pembangunan jalur Tol Gilimanuk-Pekutatan sepanjang 53,6 Km, tahap II Pekutatan-Soka sepanjang 24,3 Km dan tahap III Soka-Mengwi sepanjang 18,9 Km. Total investasi Tol Gilimanuk-Mengwi akan memakan biaya sebesar Rp 24,6 triliun.
(iws/hsa)