Dari pantauan detikBali, nelayan yang menggunakan perahu untuk melaut nampak kesulitan saat melintasi jembatan. Aktivitas nelayan terlihat dari arah timur atau hulu sungai satu persatu melewati bawah jembatan dengan posisi perahu tanpa kayu yang menjulang di atas perahu. Tiba di sebelah barat jembatan, nelayan kembali memasang kayu layar mereka.
"Memang sangat kesulitan saat melintasi jembatan ini, jika air pasang kita tidak bisa melewatinya, dan ketika air surut air sangat dangkal sehingga perahu rawan bocor akibat terbentur batu yang ada di dasar sungai," ungkap salah seorang nelayan Air Kuning Saipul Rahman (40), Senin (05/12/2022).
Rahman juga menjelaskan, ketika datang dari melaut biasanya kesulitan untuk pulang saat melewati jembatan, sehingga memarkirkan perahunya di daerah Desa Perancak. Namun karena di daerah tersebut banyak vila dikhawatirkan mengganggu pemandangan ke arah sungai. Bahkan jalur untuk keluar dari aliran sungai sangat susah.
"Di sana kita kesulitan, memang ada beberapa perahu yang bisa dibongkar pasang kayunya, sehingga dapat melintasi bawah jembatan. Namun ada juga yang permanen, sehingga harus menumpang di lahan dekat vila yang ada di Perancak," jelas Rahman.
Disinggung mengenai memarkirkan perahu di pinggir laut Desa Air Kuning, Rahman mengatakan tidak memungkinkan, lantaran ombak di selatan Jembrana cukup besar, sehingga rawan terkena ombak. "Kalau taruh di selatan, tidak di aliran sungai ini, rawan hancur kena ombak, memang paling bagus ya di sungai ini, sehingga gampang memantau," imbuhnya.
Rahman juga berharap, lahan mangrove yang ada di sisi barat jembatan dapat digunakan untuk memarkirkan perahu nelayan Desa Air Kuning. "Ada sekitar 100 perahu yang tidak dapat melintas, hanya ada 40 perahu yang bongkar pasang, jadi kalau bisa lahan di sebelah barat dapat dimanfaatkan untuk parkir perahu ketika air pasang," ujarnya.
Sementara Ketua Forum Kelompok Nelayan Desa Perancak I Nyoman Sudi Asrintawa (49) menjelaskan, memang banyak nelayan Desa Air Kuning yang menitipkan perahunya di daerah Desa Perancak. Kondisi tersebut membuat beberapa vila merasa terganggu lantaran lahan mereka dipakai untuk parkir perahu.
"Di Desa Perancak ini memang daerah wisata, sehingga banyak terdapat vila dan membutuhkan kondisi yang bersih, dan tertib. Jika terus seperti ini kita juga tidak bisa melarang. Itu semua terkendala situasi, kalau saja bisa melintas pasti mereka lebih memilih pulang, daripada jauh parkir di Perancak," papar Nyoman Sudi.
Nyoman Sudi juga berharap, permasalahan ini ada solusi dari pemerintah, apakah dilakukan pengerukan di bawah jembatan atau bagaimana. Sehingga seluruh nelayan Air Kuning dapat melintas dan tidak mengganggu aktivitas pariwisata di Desa Perancak.
"Jika dikeruk itu tidak terlalu dalam, paling tidak lagi 1 meter saja mereka pasti bisa pulang," tandas Nyoman Sudi.
(nor/hsa)