Warga Jungutan membangun jembatan darurat dari bambu secara swadaya. Pasalnya, jalan penghubung Mumbul-Tihingan di Banjar Dinas Mumbul, Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali, jebol akibat tergerus aliran Sungai Bangkak beberapa hari lalu.
Dengan dibangunnya jembatan darurat tersebut, kini masyarakat khususnya pejalan kaki dan pengendara sepeda motor sudah bisa melewati jalan tersebut, untuk melakukan aktivitas sehari-hari seperti mengantar anak sekolah, ke pasar, dan yang lainnya.
"Jembatan darurat ini sangat membantu saya saat nganter anak ke sekolah, karena kebetulan jaraknya dekat dengan jalan jebol ini," kata Ni Ketut Marwati (32), salah seorang warga yang kebetulan lewat jembatan darurat tersebut, Senin (7/11/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, saat jalan penghubung tersebut jebol, ia mengaku harus mencari jalan alternatif lain untuk mengantar anaknya ke sekolah. Bahkan sampai melewati desa tetangga untuk menuju ke sekolah dengan jarak yang sangat jauh.
"Dengan adanya jembatan darurat ini sebenarnya sudah bersyukur, tapi kami tetap berharap jembatan permanen secepatnya dapat dibuat, karena jalan penghubung ini keberadaannya sangat vital," kata Marwati.
Sementara itu, Perbekel Desa Jungutan I Wayan Wastika mengatakan, jembatan darurat tersebut dibangun Minggu (6/11/2022) kemarin, dengan harapan masyarakat yang biasa menggunakan jalan tersebut bisa lewat, terutama untuk sepeda motor dan pejalan kaki.
"Jalan penghubung tersebut sangat vital karena merupakan akses utama masyarakat yang tinggal di wilayah Mumbul. Sehingga masyarakat akhirnya bergerak membuat sebuah jembatan darurat yang terbuat dari bambu secara swadaya," kata Wastika.
Wastika bersama warga Jungutan juga berencana membuat jembatan darurat lain secara swadaya, seperti di wilayah Dusun Pangleg, Yeh Kori, dan jalan menuju ke Pura Pasar Agung. Mengingat jalan jebol di wilayah tersebut sangat dibutuhkan masyarakat, dan jika menunggu perbaikan secara permanen dari pemerintah sepertinya masih cukup lama.
"Kami buat jembatan darurat secara sederhana saja, yang penting sepeda motor dan pejalan kaki bisa lewat, seperti anak-anak sekolah, warga yang mau ke pasar, dan yang lainnya, sehingga tidak lagi mencari jalan alternatif yang jauh," kata Wastika.
(irb/hsa)