Akulturasi Budaya Islam-Hindu Bali pada Tradisi Muludan Base Pegayaman

Perayaan Maulid Nabi

Akulturasi Budaya Islam-Hindu Bali pada Tradisi Muludan Base Pegayaman

Made Wijaya Kusuma - detikBali
Sabtu, 08 Okt 2022 20:27 WIB
Warga Desa Pegayaman, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali menggelar tradisi Muludan Base untuk menyambut hari Maulid Nabi Muhammad, Sabtu (8/10/2022).
Warga Desa Pegayaman, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali menggelar tradisi Muludan Base untuk menyambut hari Maulid Nabi Muhammad, Sabtu (8/10/2022). (Made Wijaya Kusuma/detikBali)
Buleleng -

Warga Desa Pegayaman, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali punya tradisi unik saat menyambut hari Maulid Nabi Muhammad. Namanya tradisi Muludan Base.

Tradisi Muludan Base dianggap sebagai bentuk akulturasi budaya Hindu Bali dengan budaya Islam. Konon, tradisi ini sudah dilestarikan oleh warga Desa Pegayaman sejak empat abad lampau. Bagaimana kisahnya?

Menjelang Muludan Base digelar, warga membuat sebuah kreasi seni berupa pajegan yang disebut sokok base. Sokok base itu kemudian dibawa menuju ke masjid dengan iring-iringan hadrah, grup kesenian berkelompok asli Desa Pegayaman.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sepanjang perjalanan, grup hadrah menarikan Tari Ngangguk yang sekilas gerakannya seperti Tari Saman. Gerakan tarian tersebut juga mengelaborasi unsur bela diri tradisional.

Sesampainya di masjid, warga Pegayaman selanjutnya melaksanakan doa bersama. Sokok base yang telah didoakan selanjutnya dibongkar dan dibagikan kepada para warga.

ADVERTISEMENT
Warga Desa Pegayaman, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali menggelar tradisi Muludan Base untuk menyambut hari Maulid Nabi Muhammad, Sabtu (8/10/2022).Warga Desa Pegayaman, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali menggelar tradisi Muludan Base untuk menyambut hari Maulid Nabi Muhammad, Sabtu (8/10/2022). Foto: Made Wijaya Kusuma/detikBali

Tokoh adat di Desa Pegayaman bernama Ketut Muhammad Suharto (56) mengatakan tradisi Muludan Base sudah ada sejak 400 tahun yang lalu. Tradisi itu diwariskan sejak nenek moyang Desa Pegayaman datang ke Bali.

Menurutnya, tradis Muludan Base merupakan akulturasi budaya Hindu Bali dengan budaya Islam. Hal itu terlihat dari bentuk sokok base yang serupa dengan bentuk pajegan yang kerap digunakan oleh umat Hindu di Bali.

Hanya saja, isiannya berbeda dengan pajegan. Sokok base biasanya berisi sarana bunga, telur, dan base atau sirih.

"Kalau orang Hindu sebutnya pajegan, kalau di sini disebut dengan sokok base. Tradisi ini merupakan akulturasi budaya Bali, dibuat oleh nenek kami dulu yang beragama Hindu melalui perkawinan," kata Ketut Muhammad, kepada detikBali, Sabtu (8/10/2022).

Sokok base yang berisikan telur dimaknai sebagai wujud sedekah kepada orang lain. Menurut warga Pegayaman, bagian kuning telur secara filosofis diartikan sebagai Al-quran. Sedangkan putih telur diartikan sebagai usaha umatnya untuk menjaga Al-quran. Berikutnya cangkang telur dilambangkan sebagai benteng keimanan.

Terdapat 80 sokok base yang dibuat oleh warga pada perayaan Maulid Nabi kali ini. Ketut Muhammad menambahkan, warga tidak diwajibkan untuk membuat sokok base.

"Di dalam pajegagan-nya yang paling atas ada yang namanya geter itu terdiri dari telur dan bunga, dan yang paling bawah ada buah dan sirih atau base. Sokok base akan didoakan dulu, sebelum nantinya dibagikan kepada para warga," pungkas Suharto.




(iws/nor)

Hide Ads