Dapat Upah Rp 32 Ribu, Pekerja TPA Mandung Tabanan Pilih Memulung

Dapat Upah Rp 32 Ribu, Pekerja TPA Mandung Tabanan Pilih Memulung

Chairul Amri Simabur - detikBali
Minggu, 25 Sep 2022 18:01 WIB
Pekerja di TPA Mandung Tabanan mulai memulung sampah usai menjalani tugas utamanya.
Pekerja di TPA Mandung Tabanan mulai memulung sampah selepas menjalani tugas utamanya. (Chairul Amri Simabur/detikBali)
Tabanan -

Di balik masalah sampah yang terjadi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Mandung, Tabanan, ada para petugasnya yang mencukupi kebutuhan hidupnya dengan cara memulung. Seperti diakui Ni Putu Wardani (46), warga asal Desa Timpag, Tabanan.

Tenaga harian lepas di TPA Mandung itu mengaku mendapat upah Rp 32 ribu per empat jam dalam satu hari bertugas. Dengan penghasilan tiap bulan yang berkisar Rp 900 ribu, Wardani merasa bekerja sebagai pemulung sangat membantu kebutuhan hidup keluarganya.

"Kami mencukupinya dengan memulung. Kalau tidak begitu, bagaimana kami akan memenuhi keperluan sehari-hari. Anak-anak kami juga sekolah," tutur Wardani saat dijumpai pada Selasa (20/9/2022) lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengatakan, menjadi pemulung dan bekerja di TPA tidak kenal istilah jijik atau kotor. "Yang penting halal," imbuhnya.

Wardani menceritakan dirinya mulai memulung usai menjalankan tugas utamanya sebagai tenaga harian di TPA Mandung. Menurutnya, memulung ada suka dan dukanya. Kadang kala beruntung, tetapi tidak jarang juga sial.

ADVERTISEMENT

Jika sedang beruntung, ia bisa memperoleh barang-barang berharga yang mungkin oleh pemiliknya terlupakan seperti uang atau perhiasan.

"Tapi itu kan tidak sering. Yang jelas, yang namanya sampah, dari yang jelek sampai bagus itu ada. Dari bangkai binatang, pembalut, sampai uang hingga perhiasan emas kadang ada. Itu tergantung rejeki orang," pungkasnya.

Pekerja TPA Mandung lainnya yang juga memilih untuk menjadi pemulung sebagai sampingan adalah Ni Ketut Pastini (53). Meski ia sudah berstatus pegawai negeri, ia tak gengsi mengambil pekerjaan sebagai pemulung.

Pastini mengaku, pendapatannya dari memulung relatif membantu keperluan keluarganya sehari-hari. Menurutnya, hasil dari memulung tidak bisa dipastikan setiap harinya.

"Karena tergantung sampah yang masuk. Kalau lagi beruntung, bisa sampai sepuluh kilogram," tutur Pastini.

Dulu, lanjutnya, setiap sepuluh hari ia mesti menyetorkan hasil memulungnya kepada pengepul. Kini, sampah yang ia pulung akan dijemput pengepulnya dalam dua hari sekali.

Ia pun enggan untuk membanding-bandingkan besar pendapatan yang diperoleh sebagai pegawai negeri dengan pekerjaan sambilannya sebagai pemulung. "Terbantu sekali (dari hasil memulung)," imbuhnya.




(iws/iws)

Hide Ads