Bagi anda yang sudah pernah ke Bali, mungkin familier mendengar istilah Angkul-angkul Bali. Angkul-angkul merupakan sebutan untuk gerbang utama dari sebuah rumah di Bali.
Hampir semua rumah di Bali memiliki bangunan angkul-angkul. Bentuknya sangat beragam dan selalu dapat menarik perhatian bagi para wisatawan yang datang ke Bali.
Seperti yang mungkin sudah diketahui, bahwa setiap sesuatu yang dibangun oleh masyarakat Bali memiliki makna dan keunikannya tersendiri. Berikut secara lengkap mengenai fakta-faktanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Desain yang Beragam
Ketika anda berjalan-jalan di sebuah pedesaan di Bali, anda akan menemukan desain angkul-angkul yang beragam dari satu rumah ke rumah lainnya. Ada yang memiliki atap, ada yang tanpa atap, serta ada juga yang dilengkapi daun pintu (kori) dan juga patung-patung.
Tidak ada standar pasti dalam pembangunan angkul-angkul ini, desainnya dibuat sesuai dengan selera si pemilik rumah. Bagi masyarakat dengan ekonomi yang belum mencukupi, biasanya angkul-angkul ini akan dibangun secara sederhana, artinya: tidak memaksa untuk dibangun secara mewah.
Walaupun desainnya sangat beragam, tetapi pembangunan angkul-angkul ini tetap memiliki satu fungsi, yakni: sebagai gerbang pintu masuk utama. Pembuatannya juga wajib mengikuti lontar asta kosala-kosali (pedoman arsitektur tradisional Bali).
2. Dilengkapi Patung Dwarapala dan Aling-Aling
Secara umum, angkul-angkul Bali memiliki apit lawang yang berupa Patung Dwarapala (wujud raksasa yang sedang membawa senjata gada). Selain itu, bangunan angkul-angkul ini juga dilengkapi dengan Aling-Aling atau tembok pembatas antara gerbang dan halaman rumah.
Namun, perlu dicatat bahwa tidak semua angkul-angkul rumah masyarakat Bali dilengkapi dengan patung-patung dan aling-aling ini karena sesuai dengan selera dan kemampuan ekonomi seseorang.
3. Umumnya Berukuran Cukup Dilalui Orang Dewasa
Dulunya, bangunan angkul-angkul umumnya ini memiliki ukuran gerbang masuk yang cukup dilalui orang dewasa. Tangga di bagian tengahnya biasanya juga dibangun sesuai ukuran gerbang masuk.
Namun, seiring berjalannya waktu. Angkul-Angkul ini dibangun dengan ukuran gerbang masuk yang lebih besar agar bisa dilalui oleh kendaraan, seperti: sepeda motor dan mobil.
4. Dulunya Menggunakan Bahan Tanah dan Batu Bata
Pada zaman dahulu, angkul-angkul dibuat dengan bahan tanah dan batu bata. Beberapa tempat dimana anda bisa masih melihat angkul-angkul ini adalah di Desa Penglipuran, yang berlokasi di Kabupaten Bangli.
Setelah perkembangan jaman, angkul-angkul ini mulai dibangun dengan berbagai jenis bahan mulai dari batu cadas hingga beton cetakan.
Bahan tanah dan batu bata digunakan karena dulunya bahan-bahan ini mudah ditemukan. Beberapa masyarakat sekarang juga masih ada yang menjaga baik angkul-angkul mereka yang terbuat dari bahan tanah dan batu bata.
5. Mengandung Makna Tersendiri
Seperti bangunan lainnya di Bali, bangunan angkul-angkul ini juga mengandung maknanya tersendiri.
Angkul-Angkul yang berupa pintu masuk dengan tembok penyengker (pembatas) di setiap sisi rumah mencerminkan suatu usaha untuk menutupi sesuatu yang berada di dalam rumah.
Dengan kata lain, untuk melindungi privasi si penghuni rumah itu sendiri dari orang-orang lewat di luar rumah.
Untuk apit lawang yang berupa patung dwarapala yang membawa senjata, ini memiliki simbol keamanan atau penjaga secara niskala (tidak berwujud).
Secara magis, pembangunan angkul-angkul mengikuti asta kosala kosali dan asta bumi. Dimana penempatannya mempunyai perhitungan yang berbeda sesuai arah mata angin. Perhitungan ini dipercaya memiliki dapat membawa dampak sesuai pengharapan penghuni.
Nah, itulah beberapa fakta mengenai angkul-angkul Bali. Semoga infonya bermanfaat ya!
(kws/kws)