Pertempuran Tanah Aron yang berlangsung pada 7 Juli 1946 di Kabupaten Karangasem merupakan merupakan sejarah penting kemerdekaan. Karena pertempuran berhasil dimenangkan oleh pasukan Ciung Wanara yang dipimpin oleh I Gusti Ngurah Rai saat melawan pasukan NICA (Netherlands Indies Civil Administration).
Salah satu veteran asal Kabupaten Karangasem I Made Oka (69) menceritakan bahwa pertempuran tanah aron merupakan siasat dari I Gusti Ngurah Rai saat itu. Karena saat Bali meminta bantuan senjata dari wilayah Jawa tapi wilayah Gilimanuk dan Ketapang dikuasai oleh NICA. Sehingga pasukan Ciung Wanara yang dipimpin oleh I Gusti Ngurah Rai mencoba mengalihkan perhatian NICA dengan pergi ke wilayah Timur yaitu Karangasem.
"Siasat tersebut akhirnya berhasil menarik perhatian NICA dengan mengikuti pasukan Ciung Wanara ke wilayah timur sehingga penjagaan di Gilimanuk dan Ketapang diharapkan menjadi longgar sehingga bantuan senjata bisa sampai ke Bali, tapi ternyata tetap gagal karena penjagaan di perbatasan tetap ketat," kata Made Oka, yang merupakan veteran asal Kelurahan Padangkerta, Kecamatan dan Kabupaten Karangasem, Sabtu (6/8/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat pasukan Ciung Wanara melakukan perjalanan ke Timur pasukan NICA terus mengepung. Bahkan saat pasukan Ciung Wanara coba istirahat di perbatasan antara Bangli dan Karangasem sempat ada kontak senjata. Setelah itu pasukan Ciung Wanara terus melakukan perjalanan sampai akhirnya tiba di Tanah Aron, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem.
"Saat tiba di sana I Gusti Ngurah Rai sudah tahu bahwa pasukan NICA akan menyerang, sehingga I Gusti Ngurah Rai saat itu membuat sebuah strategi atau taktik capit udang yaitu seluruh pasukan Ciung Wanara yang berjumlah sekitar 200 orang bergerak dari kanan dan kiri sedangkan di tengah dibiarkan kosong," kata Made Oka.
Setelah pasukan NICA masuk perangkap, pasukan Ciung Wanara kemudian membombardir pasukan NICA dengan tembakan sehingga sulit untuk menghindar. Akibat pertempuran tersebut kurang lebih sebanyak 82 orang pasukan NICA tewas dalam pertempuran yang berlangsung di Tanah Aron tersebut.
"Sedangkan pasukan Ciung Wanara semuanya selamat. Walaupun ada beberapa orang yang terkena tembakan tapi masih bisa diselamatkan tidak sampai gugur," kata Made Oka.
Sehingga sampai saat ini setiap tanggal 7 Juli di Kabupaten Karangasem diperingati sebagai kemenangan besar pasukan Ciung Wanara Melawan NICA dalam pertempuran Tanah Aron. Alasan disebut kemenangan karena saat itu tidak ada satupun pasukan Ciung Wanara yang gugur, sedangkan pasukan NICA semuanya tewas.
Kemudian keesokan harinya yaitu tanggal 8 Juli 1946, I Gusti Ngurah Rai sudah memprediksi bahwa pasukan NICA atau Belanda pasti akan melakukan serangan balasan. Sehingga I Gusti Ngurah Rai saat itu menyuruh pasukan dan juga warga untuk membuat sebuah lelakut atau orang-orangan sawah yang menyerupai manusia dengan jumlah banyak untuk di taruh di sekitar lokasi pertempuran sebelumnya.
"Setelah itu, pasukan Ciung Wanara pergi ke puncak Gunung Agung. Ternyata benar pasukan NICA datang lalu kemudian membombardir lelakut yang telah dibuat sebelumnya sedangkan pasukan Ciung Wanara menyaksikan hal tersebut dari puncak Gunung Agung sambil tertawa. Setelah itu, pasukan Ciung Wanara yang dipimpin oleh I Gusti Ngurah Rai melanjutkan perjalanan menuju ke Barat," kata Made Oka.
(kws/kws)