Menanti Realisasi Perubahan RS Sanglah Jadi RS Prof IGNG Ngoerah

Menanti Realisasi Perubahan RS Sanglah Jadi RS Prof IGNG Ngoerah

tim detikBali - detikBali
Jumat, 15 Jul 2022 07:00 WIB
Suasana di area masuk RSUP Sanglah Denpasar pada Minggu (8/5/2022) lalu
Suasana di area masuk RSUP Sanglah Denpasar pada Minggu (8/5/2022). Foto: Poetri-detikBali
Bali -

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI telah menyetujui perubahan nama RSUP Sanglah Denpasar menjadi RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah. Tinggal menunggu waktu untuk rumah sakit terbesar rujukan Bali dan Nusa Tenggara itu berganti nama.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, I Nyoman Gede Anom yang dikonfirmasi detikBali pada Rabu (13/7/2022), membenarkan hal tersebut. "Gubernur Bali mengusulkan ke Kemenkes agar nama RSUP Sanglah diubah menjadi RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah dan disetujui Menteri Kesehatan," ucap I Nyoman Gede Anom.

Sementara terkait kapan peresmian perubahan nama tersebut, kata Anom, pihaknya belum bisa memastikan lebih lanjut. "Tanggalnya belum diberitahu oleh Kemenkes, tapi rencananya akan bersamaan dengan keluarnya izin operasional RSUP Sanglah," katanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diungkapkan Anom, usulan perubahan nama tersebut didasarkan Surat Gubernur Bali Nomor 440/1964/Yankes.Diskes tanggal 11 Februari 2020 dan surat DPRD Provinsi Bali nomor: 593/605/DPRD tanggal 20 Januari 2020 yang mengusulkan untuk mengganti nama RSUP Sanglah menjadi RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah. Namun, hingga berita ini ditulis, pihak RSUP Sanglah Denpasar belum memberikan keterangan terkait telah disetujuinya perubahan nama tersebut.

Keluarga IGNG Ngoerah Sambut Gembira

ADVERTISEMENT

Putra Prof. dr. I Goesti Ngoerah Gde Ngoerah, Anak Agung Ngurah Adhi Ardhana mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah menghargai jasa dan pengabdian Prof. dr. I Goesti Ngoerah Gde Ngoerah sebagai pelopor pendiri RSUP Sanglah.

"Harapan kami sebagaimana tujuan hidup beliau adalah bagaimana agar ke depannya rumah sakit ini bisa menjadi rumah sakit yang kompeten, dan mampu menjawab tantangan terkait dunia medical, baik nasional maupun internasional. Diharapkan juga rumah sakit ini bisa menjadi rumah sakit pendidikan sebagaimana layaknya rumah sakit dunia," ucap Ketua Komisi III DPRD Bali dari fraksi PDIP ini.

Ia menilai RSUP Sanglah bergerak dari tahun ke tahun untuk menjadi rumah sakit yang lebih baik, meski memang masih ditemukan beberapa keluhan, seperti keterlambatan dan sebagainya. Ardhana pun berharap ke depannya rumah sakit ini bisa menjadi lebih baik, mengingat saat ini RSUP Sanglah telah memiliki manajemen yang luar biasa.

"Dengan perubahan nama ini kita berharap manajemen akan termotivasi lebih lagi dan tentunya juga dibutuhkan support dari pemerintah daerah, pemerintah pusat, sehingga rumah sakit ini bisa menjadi rumah sakit rujukan terbaik di Indonesia Timur, dan kalau bisa se-Indonesia," ungkap Adhi Ardhana ketika ditemui detikBali di Gedung DPRD Bali pada Kamis (14/7/2022).

Sosok Prof IGNG Ngoerah

IGNG Ngoerah adalah dokter pertama yang merintis dan membantu diRSUPSanglah pada bagian kebidanan dan kandungan sejak awalpindahnya bagian kebidanan RS Wangaya. Ia juga ditunjuk sebagai Dokter Kepresidenan Presiden Soekarno di Bali dan sebagai Rektor Universitas Udayana sejak 29 September 1968 dengan dua kali masa jabatan.

Adapun beberapa prestasi yang dimilikinya, di antaranya sebagai Dokter Spesialis pertama keturunan Bali dan juga Spesialis Saraf pertama di Bali. Lalu, Ia juga mendapat Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya dari Presiden Republik Indonesia di Jakarta, 26 April 1976.

Ardhana menceritakan bahwa ajiknya (ayah) merupakan sosok yang rendah hati, dan sedikit bicara namun membuktikan semua perjuangannya melalui kerja keras. Sehingga tak heran banyak hal positif yang dijadikan teladan oleh delapan anaknya.

Adapun beberapa petuah IGNG Ngoerah yang hingga kini terekam di kepala Adhi Ardhana, di antaranya harus selalu mengingat sebuah kalimat 'Eda Ngaden Awak Bise, Depang Anake Ngadanin' hingga 'Seperti Padi, Semakin Berisi, Semakin Merunduk'.

"Ajik selama hidupnya juga tidak pernah memungut bayaran kalau praktek di rumah. Jadi, beliau setelah selesai bekerja sekian jam di universitas, kemudian di rumah sakit, dan sekitar jam 5 sore sampai 12 malam beliau buka praktek. Ini dilakukan sampai ia terkena Parkinson dan digantikan dengan kakak saya, dokter Nuartha dan dia juga menerapkan hal yang sama seperti Ajik," tutur anak ke delapan IGNG Ngoerah dan I Goesti Ayu Oka Arwati ini.




(irb/irb)

Hide Ads