Pokli Gubernur Dorong Terminal LNG Dirancang Jadi Hub Wisata Bahari

Pokli Gubernur Dorong Terminal LNG Dirancang Jadi Hub Wisata Bahari

I Wayan Sui Suadnyana - detikBali
Kamis, 07 Jul 2022 20:19 WIB
Masyarakat Desa Adat Intaran, Denpasar, gelar aksi unjuk rasa. Mereka menolak rencana pembangunan terminal gas alam cair di kawasan mangrove Tahura Ngurah Rai.
Masyarakat Desa Adat Intaran, Denpasar, gelar aksi unjuk rasa. Mereka menolak rencana pembangunan terminal gas alam cair di kawasan mangrove Tahura Ngurah Rai. Foto: I Wayan Sui Suadnyana/detikcom
Denpasar -

Kelompok Ahli (Pokli) Gubernur Bali Bidang Kelautan dan Perikanan, Ketut Sudiarta mendorong rencana terminal khusus (tersus) gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) dirancang sebagai proyek terpadu dengan wilayah sekitarnya. Menurut Sudiarta, berbagai kawasan itu bisa dirancang terpadu menjadi salah satu hub wisata bahari nusantara.

"Saya berharap itu (proyek terminal LNG) bisa direncanakan terpadu, sehingga kawasan itu bisa sebagai salah satu hub wisata bahari nusantara," kata Sudiarta saat ditemui detikBali di Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali, Kamis (7/7/2022).

Sudiarta menuturkan, terminal LNG yang rencana dibangun di Desa Sidakarya, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, hingga kini tidak dirancang terpadu. Menurut dia, sebaiknya areal sekitar proyek LNG yang sudah padat dengan berbagai aktivitas, seperti Desa Sanur Kauh, Kelurahan Serangan, dan Kelurahan Sesetan, dari awal dirancang secara terpadu sehingga ekonomi masyarakat bisa hidup.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wilayah Serangan, menurut Sudiarta, bisa dikembangkan lewat pelabuhan sebagai transportasi laut yang mengantarkan wisatawan ke Gili Trawangan maupun Nusa Penida. Kemudian Sanur Kauh yang juga wilayah Desa Adat Intaran bisa direncanakan terpadu sebagai parkir yacht.

"Kalau di Serangan mungkin untuk transportasi laut. Kalau Intaran fokus mungkin untuk pengembangan wisata bahari, termasuk parkir-parkir (yacht)," jelas akademisi Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Warmadewa itu.

"Kemudian di situ (Desa Sanur Kauh/Desa Adat Intaran) juga ada pantai wisata yang cukup bagus di Muntig Siokan. Itu pun harus ditata, dipastikan tidak akan terdampak dari pembangunan terminal, tapi dipastikan kalau itu dilakukan perencanaan yang baik," imbuhnya.

Begitu pula di Kelurahan/Desa Adat Sesetan juga perlu dilakukan pengembangan. Sesetan mempunyai potensi besar untuk pengembangan wisata mangrove dan dermaga wisata Jetty Kodang Pemelisan atau Port Kodang. Menurut Sudiarta, tiga kawasan selain Sidakarya, yakni Sanur Kauh, Serangan, dan Sesetan harus ditata sehingga tidak terjadi ketimpangan.

"Kalau itu diatata, artinya difungsikan dengan baik semuanya, sehingga keberadaan dari dermaga tersus dan kapal nanti sandar untuk mensuplai gas itu dia tidak sendirian congkak (timpang) gitu lho," paparnya.

"Kalau sekarang kita hanya berpikir pembangunan tersus (LNG) saja, kapal besar itu, saya juga melihat view-nya tidak bagus, jadi pemandangannya kelihatan congkak sekali, congkak itu (terminal LNG) sendiri. Tapi kalau kita sudah tata di sekitarnya ada parkir-parkir yacht ditata, di situ ada dermaga Serangan yang ditata juga, artinya untuk itu, sehingga semua bisa hidup," tambahnya.

Menurut Sudiarta, jika selama ini kawasan Pelabuhan Benoa telah dirancang sebagai hub wisata bahari internasional, maka wilayah Sanur Kauh, Serangan, Sidakarya, dan Sesetan bisa menjadi hub wisata bahari nusantara. Nantinya kapal-kapal existing yang pergi ke berbagai wilayah di Indonesia, seperti Raja Ampat, Papua, Pulau Moyo, Saumlakki, Gili, hingga Sumbawa bisa menjadikan lokasi tersebut sebagai hub.

"Itu (hub wisata bahari nusantara) bisa memanfaatkan dermaga Serangan, Kodang, dan Intaran, sehingga menjadi kawasan yang sangat produktif lah. Artinya semua bisa memperoleh manfaat dari pengembangan kawasan itu," ungkapnya.




(irb/irb)

Hide Ads