Saat cabai rawit merah harganya mahal di pasaran yang mencapai Rp 85-100 ribu per kilogram, petani cabai di Desa Bungaya, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem justru gigit jari. Hal itu lantaran cabai yang mereka tanam kini mengalami gagal panen.
Salah seorang petani cabai asal Desa Bungaya I Nengah Konten (70) mengaku, saat ini ada banyak tanaman cabai miliknya yang mati sehingga membuat dirinya gagal panen tahun ini, padahal harga cabai di pasaran sedang naik.
"Saya tidak mengerti apa yang membuat tanaman cabai di sini banyak yang mati padahal sudah dirabuk dan disemprot, tapi tetap seperti ini (gagal panen). Dan ini sudah yang kedua kalinya secara beruntun saya gagal panen," kata Konten saat ditemui di kebunnya, Selasa (21/6/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain ada banyak tanaman cabai yang mati, tanaman cabai yang masih hidup juga diakuinya sedikit cacat, yang mana daunnya banyak yang rusak dan ada juga yang tidak mau bercabang. Bahkan ada cabai yang sebenarnya tinggal beberapa hari panen justru membusuk dan jatuh.
"Saya punya sekitar 57 are kebun cabai dan untuk panen tahun ini sudah bisa dipastikan akan merugi, mungkin biaya buruh dan juga rabuk saja sudah tidak mencukupi, karena mulai dari awal sampai menanam bibit cabai saya dibantu oleh tenaga buruh. Karena kalau saya sendiri yang melakukannya sudah tidak mampu karena sudah umur," kata Konten.
Untuk menggarap 10 are lahan cabai miliknya, ia memberi upah sebesar Rp 250 ribu kepada para buruh. Sedangkan ia mempunyai sekitar 57 are, jadi ia harus membayar sekitar Rp 1.250.000 lebih. Biaya yang dikeluarkan itu mulai dari menyangkul sampai menanam bibit cabai, sedangkan untuk memupuk dan menyemprot ia lakukan sendiri.
Ia juga mengaku bahwa kondisi yang sama juga dialami oleh petani cabai yang lainnya yang ada di Desa Bungaya, tapi mungkin tidak semua karena ada juga beberapa petani yang berhasil.
"Biasanya kalau tanaman cabai saya sedang bagus-bagusnya dalam sekali panen bisa menghasilkan sekitar 200 kilogram cabai. Tapi saat ini untuk mencapai 50 kilogram saja sudah susah sepertinya dengan kondisi seperti ini," kata Konten.
Hal senada juga dikatakan oleh petani lainnya I Wayan Arsa yang juga mengaku bahwa cabai miliknya juga banyak yang daunnya rusak dan buahnya juga membusuk sebelum panen.
"Kalau yang mati cuma sedikit, tapi justru daunnya yang rusak di bagian ujung dan buahnya juga membusuk sebelum masa panen. Seharusnya sekarang kita banyak untung karena harga cabai sedang mahal tapi justru buntung," kata Arsa.
Dengan kondisi yang dialami oleh para petani cabai yang ada di Desa Bungaya saat ini, Konten dan juga petani cabai lainnya berharap ada solusi dari pemerintah melalui dinas terkait supaya para petani tidak terus mengalami kerugian.
(kws/kws)