Waspada Rabies, Ini Tindakan Awal Bila Digigit Anjing

Waspada Rabies, Ini Tindakan Awal Bila Digigit Anjing

Chairul Amri Simabur - detikBali
Kamis, 26 Mei 2022 17:21 WIB
Ilustrasi anjing rabies
Ilustrasi anjing rabies. Foto: Dok.Detikcom
Tabanan -

Kasus positif rabies pada hewan di Kabupaten Tabanan mengalami peningkatan di tahun ini.

Hingga Mei 2022, sudah ada lima kasus positif yang terdeteksi pada anjing, salah satu hewan penular rabies (HPR).

Beberapa kasus di antaranya bahkan disertai dengan korban gigitan pada manusia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terakhir, kasus gigitan terjadi pada salah seorang warga di Banjar Semoja, Desa/Kecamatan Pupuan pada Kamis (19/5/2022).

Dinas Kesehatan (Diskes) Tabanan menganjurkan, warga yang tergigit HPR sebaiknya segera memperoleh penanganan medis di rabies center.

Namun sebelum ke rabies center, ada baiknya membersihkan luka bekas gigitan HPR dengan mencucinya pakai sabun pada air mengalir.

"Air mengalir ya. Bukan air bersih. Dicuci pakai sabun selama kurang lebih 15 menit. Setelah itu boleh ditambahkan antiseptik seperti iodium," jelas Kepala Diskes Tabanan, dr I Nyoman Susila, Jumat (26/5/2022).

Berikutnya, sambung dr Susila, segera pergi ke fasilitas kesehatan (faskes) atau rabies center untuk mendapatkan penanganan terhadap luka gigitan.

"Sebaiknya tetap kunjungi faskes. Semakin cepat semakin baik. Karena di sana akan dipertimbangkan seberapa parah lukanya. Di mana letak lukanya dan berapa derajat risikonya," lanjutnya.

Ia menjelaskan, luka dengan risiko tinggi bila letaknya dekat dengan otak. Seperti lengan, bahu, atau leher ke atas.

"Karena menjalar lewat saraf. Makin ke atas semakin pendek jaraknya ke otak," ujar mantan Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tabanan ini meringkaskan.

Untuk risiko tinggi, penanganan luka tidak cukup dengan vaksin antirabies (VAR). Melainkan harus ditambah dengan serum antirabies (SAR) yang hanya disediakan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali.

"Itu sebabnya kenapa perlu ke rabies center untuk menentukan derajat risiko lukanya," tegasnya lagi

Bila risiko lukanya tinggi, lanjutnya, akan dilaporkan ke Diskes untuk diteruskan ke provinsi.

"Untuk diusahakan mendapat SAR. Kalau SAR itu sudah serum. Sudah antibodi itu," bebernya.

Selain mencegah kemungkinan rabies, perlunya ke faskes juga untuk mengantisipasi kemungkinan penyakit lainnya.

"Apakah itu penyakit penyertanya. Yang dipikirkan bukan cuma rabiesnya saja. Tetanus juga bisa," imbuh dr Susila.

Selain itu, ia menyarankan untuk memastikan anjing yang menggigit apakah anjing liar atau bukan. Kepastian ini untuk melengkapi laporan ke Dinas Peternakan yang punya tugas dan wewenang untuk melakukan penanganan pada hewan.

"Pastikan liar atau tidak. Harus apa adanya. Jangan semua dibilang liar padahal anjing sendiri masih bisa diawasi," imbuhnya.

Ada Enam Rabies Center, VAR Terus Menipis

Di Tabanan, lanjut dr Susila, ada enam rabies center. Antara lain ada di RSUD Tabanan, RS Nyitdah, Puskesmas Selemadeg, Pupuan, Penebel, dan Baturiti.

Masing-masing rabies center telah siap dengan VAR. Hanya saja pasokannya makin hari makin menipis. Karena rata-rata jumlah kasus gigitan anjing berkisar 18 sampai 20 dalam sehari.

"Dari dulu rata-rata per hari sekian. Sejauh ini belum ada yang sampai positif (rabies) pada manusia," ungkapnya.

Dengan rata-rata kasus gigitan harian sebanyak itu, antara kebutuhan dan ketersediaan VAR tentu tidak sebanding.

Pada Mei 2022 lalu, pengadaan VAR sebanyak 800 vial yang didanai melalui APBD Tabanan pada tahun anggaran 2022. Jumlah ini diperkirakan hanya mencukupi sampai Juni 2023.

"Delapan ratus vial itu di awal Mei saja. Paling akan habis pada Juni 2022. Tapi provinsi sudah komitmen akan membantu memberikan tambahan," pungkasnya. (*)




(nor/nor)

Hide Ads