Selain vaksin anti rabies (VAR), serum anti rabies (SAR) digunakan sebagai imunisasi pasif untuk penanganan korban gigitan hewan penular rabies, terutama anjing yang sudah dipastikan positif rabies berdasarkan penelitian laboratorium.
Namun, jumlah SAR di Jembrana sangat terbatas. Bahkan saat ini sudah kosong. Sisa dua dosis SAR sudah digunakan untuk salah satu korban gigitan positif rabies, karena digigit tepat pada area muka.
Kepala Dinas Kesehatan Jembrana I Made Dwipayana menjelaskan, penggunaan SAR terkahir kepada korban gigitan di bagian muka dua Minggu lalu. "Sudah diberikan serum, sekarang sudah habis" kata Dwipayana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihaknya sudah mengupayakan pengadaan SAR, untuk mengantisipasi kasus gigitan di area leher ke atas. "Stok habis sudah diupayakan kalau serum diJembrana tidak ada. Susah carinya," jelasnya.
Apabila ada kasus gigitan di area tubuh yang rawan, terutama area leher ke atas maka harus diberi suntikan SAR. Karena tidak ada SAR di Jembrana, apabila ada kasus gigitan dirujuk ke rumah sakit lain yang memiliki SAR, misalnya RSUP Sanglah jika ada SAR. "Mudah mudahan tidak ada gigitan leger ke atas," tukasnya.
Seperti diketahui, kasus positif rabies di Jembrana meningkat drastis dalam lima bulan terkahir, tercatat sudah ada 101 kasus positif dari Januari hingga pertengahan bulan Mei ini.
Akan tetapi, jumlah VAR terbatas. Meski sudah ada pengadaan dari puskesmas, belum tentu cukup hingga akhir tahun ini karena kasus positif rabies tinggi.
Selain vaksin untuk korban gigitan, vaksin rabies untuk anjing rabies terbatas. Vaksin yang ada hanya untuk respon cepat bila ada kasus gigitan positif. Konsekuensinya, vaksinasi masal untuk desa zona merah ditunda hingga ada vaksin dari pemerintah pusat.
(nor/nor)