Pusat Hidro-Oseanografi Angkatan Laut (Pushidrosal) berencana mengangkat kapal-kapal yang tenggelam di perairan Indonesia. Pushidrosal telah menyampaikan gagasan tersebut kepada Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi.
"Di perairan kita itu memang banyak kapal-kapal yang tenggelam yang memang kita harus angkat. Itu juga kita punya proyek itu," kata Komandan Pushidrosal Laksamana Madya TNI Nurhidayat kepada wartawan di sela-sela pertemuan Hydrographic Service and Standards Committee (HSSC), Selasa (17/5/2022).
"Kita sampaikan ke Kementerian Perhubungan dan Bapak Menteri sangat setuju dengan kami supaya kapal-kapal yang memang kapal yang tenggelam harus segera diangkat," tambahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nurhidayat mengatakan, sementara ini rencana kapal yang diangkat yakni yang tenggelam di laut dangkal, kemudian di berbagai selat yang menjadi alur pelayaran. Berbagai perairan tersebut seperti Bangka, Lingga, Makassar dan beberapa lokasi lainnya.
"Kita menemukan ada sekitar 10 (kapal), tapi saya yakin masih banyak kalau mau kita dapatkan lagi," ungkap Nurhidayat.
Dirinya mengungkapkan, kapal-kapal yang tenggelam yang rencananya diangkat berfungsi sebagai niaga. Kapal ini tenggelam diduga karena usianya yang sudah tua dan mengalami kebocoran. Pemilik belum mengangkat diduga karena belum ada tenaga di Indonesia.
"Nah saya sudah mencoba (mengkomunikasikan), Angkatan Laut itu punya yang namanya Koppeba (atau) Komando Penyelam dan Penyelamatan Bawah Air yang bisa mengangkat sebenarnya, tinggal kita nanti komunikasikan," ungkapnya.
"Jadi Bapak Menteri senang dengan saya menghadap beliaunya, Bapak Menteri Perhubungan. Sehingga beliaunya akan menyediakan waktu (membuat) Kepmen-nya supaya Angkatan Laut bisa membantu mengangkat, jadi nanti kita akan kolaborasi supaya tidak banyak yang menganggu di laut," imbuhnya.
Terlebih, kebanyakan pemilik kapal sebenarnya mempunyai asuransi. Dana asuransi itu yang rencananya akan dipakai untuk mengangkat kapal-kapal yang tenggelam sehingga tidak membebani keuangan negara.
"Sehingga dengan asuransi itu kita bisa untuk mengangkat. Mungkin ada biaya peralatan, biaya mungkin ongkos-ongkos yang lain, kita bisa angkat tanpa harus menggunakan biaya negara," ujarnya.
Nantinya setelah berhasil diangkat, kerangka kapal bakal dijual.
"Kalau sudah diangkat ya namanya besi tua banyak yang beli," terang Nurhidayat.
Nurhidayat menyebut, sejauh ini tidak banyak kapal bisa diangkat yang mengalami tragedi tenggelam di perairan Bali. Sebab keberadaan laut Bali lumayan dalam.
Namun dirinya menyebut, salah satu kapal yang rencananya harus turut diangkat dari perairan Bali yakni Kapal Motor Penumpang (KMP) Yunicee. KMP Yunicee sebelumnya tenggelam di perairan Gilimanuk, Kabupaten Jembrana.
"Ya harus, itu (KMP Yunicee) kita harus angkat," tegasnya.
Menurutnya, Pushidrosal lebih mengutamakan mengangkat kapal yang tenggelam di perairan landai yakni 30 meter ke atas. Sebab, jika dibiarkan di dalam laut, bisa saja terjadi tabrakan antara kapal tenggelam dengan yang melintas.
Meski demikian, pihaknya bakal tetap berupaya mengangkat kapal yang tenggelam di perairan Gilimanuk meski tenggelam lebih dari 30 meter. Pasalnya, perairan Gilimanuk merupakan jalur pelayaran yang sangat krodit.
"Tapi kalau yang memang ada yang lebih dalam di Gilimanuk kita harus angkat, karena itu rute pelayaran yang memang sangat krodit," ujarnya.
Sementara itu, kapal selam KRI Nanggala yang tenggelam di perairan utara Bali belum ada rencana untuk diangkat ke daratan. Nurhidayat menyebut, kapal tersebut sulit diangkat karena tenggelam di perairan 5 ribu meter dan dalam kondisi pecah.
"Kalau (KRI) Nanggala itu karena kedalaman lebih dari 5.000 (meter), kemudian sudah pecah sehingga ya kita sudah sulit untuk mengangkat," tuturnya.
(kws/kws)