Pura Sekaligus Objek Wisata, Bupati Tabanan Minta Perhatikan Pengunjung

Pura Sekaligus Objek Wisata, Bupati Tabanan Minta Perhatikan Pengunjung

Chairul Amri Simabur - detikBali
Kamis, 12 Mei 2022 16:43 WIB
Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya.
Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya. (Foto: istimewa)
Tabanan -

Bupati Tabanan, I Komang Gede Sanjaya, menyebutkan akan mempertegas imbauan kepada seluruh desa adat untuk lebih mengawasi tempat suci di wilayahnya masing-masing. Khususnya desa adat yang memiliki tempat suci atau pura sekaligus menjadi tempat wisata.

Imbauan ini sebagai antisipasi agar tempat suci yang menjadi objek wisata tetap terjaga kesuciannya. Sehingga tidak dipakai sebagai tempat aktivitas di luar norma, adat, dan budaya yang berlaku di Bali.

"Kami juga minta Sekda mempertegas melalui Dinas Kebudayaan kepada bendesa adat, siapapun yang memiliki desa wisata, yang ada hubungannya dengan tempat suci, berhati-hatilah menerima kunjungan," ujar Sanjaya, Kamis (12/5/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengakui, kejadian di Kecamatan Marga belum lama ini menjadi pelajaran dalam tugas menjaga tempat-tempat suci di masing-masimg desa adat. Meskipun kejadian seperti itu tidak bisa diprediksi.

"Mudah-mudahan para bendesa adat dan pecalang tetap waspada pada tamu-tamu yang datang, yang mencurigakan, sehingga tempat suci yang menjadi objek wisata tidak menjadi tempat dari hal-hal yang tidak diinginkan," imbuhnya.

Sanjaya menyebutkan, memprediksi tingkah laku wisatawan atau pengunjung di tempat wisata, apalagi di areal tempat suci, tidak mudah. Karena di sisi lain, sejak dulu, aktivitas wisata di Bali tidak lepas dari agama, adat, seni, dan budaya.

"Buktinya Pura Ulun Danu dan Tanah Lot, dari dulu, selain lihat panoramanya, kita lihat secara spiritual tempat sucinya," imbuhnya.

Karenanya, upaya antisipasi dengan meningkatkan pengawasan penting dilakukan. Terlebih kepada wisatawan asing yang dari negaranya punya budaya sendiri.

"Mereka datang dengan budayanya masing- masing, tapi kan ada (budaya) yang tidak cocok dengan budaya kita," ujarnya.

Ia menambahkan, upaya lainnya yang bisa dilakukan adalah dengan menyiapkan attention atau papan pemberitahuan.

"Seperti di Tanah Lot ada attention kepada pengunjung. sambil dia jalan-jalan diberikan pemberitahuan mengenai aturan atau norma-norma mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan," pungkasnya




(kws/kws)

Hide Ads