Monkey Forest Menjaga Kelestarian Alam Sekaligus Menggerakkan Ekonomi

detikBali Awards 2025

Monkey Forest Menjaga Kelestarian Alam Sekaligus Menggerakkan Ekonomi

Aryo Mahendro - detikBali
Jumat, 21 Mar 2025 16:03 WIB
Sejumlah monyet di Monkey Forest Ubud.
Foto: Sejumlah monyet di Monkey Forest Ubud. (Instagram monkey forest ubud)
Gianyar -

Mandala Suci Wenara Wana atau yang lebih dikenal dengan Monkey Forest Ubud adalah salah satu dari tiga destinasi wisata ikonik di Kabupaten Gianyar. Monkey Forest berupaya mengembangkan pariwisata berbasis budaya dan konservasi. Untuk mendukung hal itu, Monkey Forest juga memiliki visi digitalisasi.

"Jadi memang saat ini kami ingin berkembang ke arah digitalisasi. Salah satunya paperless," kata General Manager Monkey Forest Ubud, Anak Agung Ngurah Bagus Bhaskara, dihubungi detikBali, Kamis (20/3/2025).

Bhaskara mengatakan beberapa hal di Monkey Forest Ubud yang biasanya menggunakan kertas, kini dapat diakses dengan kartu dan aplikasi. Mulai dari pembayaran tiket masuk dan parkir yang tanpa kertas hingga peta jalur di kawasan Monkey Forest Ubud yang dapat diakses pakai aplikasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu, ada juga edukasi tentang apa pun yang berada di dalam kawasan Monkey Forest Ubud yang dapat diakses pengunjung melalui aplikasi. Bhaskara mengatakan hal itu sudah diterapkan di Monkey Forest Ubud sejak tiga tahun belakangan.

"Jadi peta digital itu supaya tamu bisa tahu dia ada di mana. Jadi, ada peta yang dapat diakses di ponsel. Secara real time (para tamu) ada di mana dam mau ke mana bisa dilihat di peta itu," kata Bhaskara.

Buah-buahan untuk kera-kera ekor panjang di Monkey Forest Ubud.Buah-buahan untuk kera-kera ekor panjang di Monkey Forest Ubud. (Foto: Instagram monkey forest ubud)

Pengembangan Monkey Forest juga mengacu pada konservasi alam dan keselarasan dengan budaya. Ada upacara adat dan budaya yang rutin dilakukan semua karyawan Monkey Forest Ubud pada hari tertentu.

Aktivitas adat dan budaya yang sudah turun-temurun dilakukan itu dipercaya dapat menjaga kualitas wisata di Monkey Forest Ubud. Sehingga, Monkey Forest Ubud dapat selalu menjadi destinasi favorit, terutama turis asing.

"Kami percaya kegiatan itu mendatangkan pariwisata. Karena budaya kami pertahankan. Alamnya kami jaga. Sehingga banyak wisatawan yang ingin mengetahui apa saja yang sudah kami lakukan," katanya.

Sejauh ini, Monkey Forest berhasil mempertahankan hutan yang memiliki luas sekitar 12,5 hektare. Diperkirakan ada sekitar 749 ekor monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) yang hidup di sana. Hutan ini juga menjadi habitat bagi 186 spesies pohon yang berbeda.

Eksistensi Monkey Forest Ubud juga punya peran besar terhadap masyarakat sekitar. Salah satunya di sektor perekonomian. Sebagai destinasi wisata, Monkey Forest Ubud, memberikan peluang usaha bagi masyarakat sekitar.

"Dampak ekonomi (dari keberadaan Monkey Forest Ubud) merupakan multiplier effect. Sehingga di sekitar Monkey Forest Ubud itu dampak ekonominya makin terlihat jelas. Ada restoran, hotel, swalayan, toko suvenir, dan usaha lainnya," urai Bhaskara.

Kemudian, beberapa pengembangan yang terjadi di dalam kawasan Monkey Forest Ubud dilakukan untuk melestarikan hutan. Apalagi, 90 persen lebih karyawan di Monkey Forest Ubud merupakan warga Desa Adat Padangtegal, yang sudah turun-temurun menjaga kelestarian hutan di sana.

"Jadi selain ekonomi hampir 90 persen karyawan Monkey Forest Ubud merupakan warga setempat. Sehingga, kami lebih memilih membangun hutan. Kami harap dapat lebih berkelanjutan lagi," katanya.

Dua wisatawan asing di Monkey Forest Ubud.Dua wisatawan asing di Monkey Forest Ubud. (Instagram monkey forest ubud)

Terpisah, Kepala Dinas Pariwisata Bali, Tjok Bagus Pemayun, mengatakan perlu ada kolaborasi antara Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gianyar dengan Desa Adat Padangtegal selaku pengelola Monkey Forest. Kolaborasi dilakukan untuk mengembangkan Monkey Forest Ubud sebagai destinasi paling favorit di Gianyar.

Desa Adat Padangtegal sebagai pemilik Monkey Forest Ubud bertugas mengembangkan budaya, adat, alam serta lingkungan di dalam kawasan Monkey Forest Ubud. Sedangkan Pemkab Gianyar dapat mendukung upaya itu dengan penyediaan akses jalan ke Monkey Forest Ubud.

"(Pemkab Gianyar) dapat mendorong untuk meningkatkan standardisasi prosedur operasionalnya dan asuransi (bagi pengunjung)," kata Bagus Pemayun.

Soal eksistensi Monkey Forest Ubud di sektor perekonomian memang diutamakan untuk warga Desa Adat Padangtegal. Salah satunya, kewenangan Desa Adat Padangtegal dalam mengelola usaha kecil mikro menengah (UMKM) di luar dan di dalam kawasan Monkey Forest Ubud.

Kemudian, dampak lain dengan adanya Monkey Forest Ubud, alam dan lingkungan di hutan seluas 27 hektare itu terpelihara karena dikelola sebagai destinasi wisata. Salah satunya satwa di Monkey Forest Ubud tidak lagi mencari makan secara liar di hutan karena sudah disediakan pengelola Monkey Forest Ubud.

"Itulah kenapa multiplier effect dengan adanya Monkey Forest Ubud ini sangat besar. UMKM jalan, tenaga kerja terserap, fasilitas ada, dan makanan untuk monyet-monyetnya juga ada," katanya.




(hsa/gsp)

Hide Ads